GIANYAR, KOMPAS.com - Pada Jumat (20/3/2015) sekitar pukul 18.30 Wita, cahaya matahari mulai redup di Banjar/Desa Pakraman Nagi, Ubud, Gianyar, Bali, namun ratusan warga terlihat berkumpul di sana.
Di depan bale banjar, sekitar 175 orang laki-laki tanpa baju, menggunakan udeng, kamen dan saput kotak-kotak duduk melingkari batok kelapa yang dibakar.
Sambil menunggu api berkobar, mereka mengisinya dengan acara melantunkan tembang gegenjekan (lagu tradisional Bali). Ada yang menyanyi, ada pula yang menari. Membuat suasana Bali tempoe doeloe sangat terasa di sana.
"Ainggih rarisin tradisi sabatan apine (silakan laksanakan tradisi perang apinya)," ujar Jro Bendesa Desa Pakraman Nagi, I Ketut Marka melalui alat pengeras suara saat api di batok kelapa sudah membara.
Mendapat aba-aba, warga yang terdiri dari pemuda yang sebelumnya duduk melingkari api bangun dari duduknya sambil meloncat ke dalam kobaran api.
Sementara itu, gamelan baleganjur bertempo batel (kencang) dimainkan dalam acara yang digelar setahun sekali itu. (RIZAL FANANY)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.