Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menarik Magnet Tambora

Kompas.com - 30/03/2015, 16:10 WIB
PERINGATAN 200 tahun meletusnya Gunung Tambora di Pulau Sumbawa, bagi Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat, tak sekadar untuk mengenang letusan mahadahsyat pada 1815 yang menewaskan sekitar 91.000 orang. Hal itu juga untuk lebih mengenalkan NTB, terutama Pulau Sumbawa.

NTB merupakan wilayah kepulauan yang terdiri dari dua pulau besar, Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa, serta 217 pulau kecil. Setelah terpisah dari Provinsi Sunda Kecil pada 1958, NTB bisa dikatakan berkembang kurang seimbang. Lombok lebih berkembang dan lebih dikenal daripada Sumbawa yang luasnya 14.386 kilometer persegi atau tiga kali lipat luas Lombok.

Dari segi infrastruktur jalan, misalnya, hampir semua wilayah di Lombok dapat diakses kendaraan bermotor dengan mudah sejak lama. Di Sumbawa, masih banyak wilayah yang belum dapat diakses kendaraan bermotor. Lintas Tano-Sape sekitar 300 kilometer, dari ujung barat Pulau Sumbawa di Pelabuhan Poto Tano, Kabupaten Sumbawa Barat, hingga ujung timur Pulau Sumbawa di Pelabuhan Sape, Kabupaten Bima, baru sekitar tiga tahun terakhir dapat dinikmati kelancarannya.

"Dulu, perjalanan dengan mobil dari Mataram (di Lombok) sampai Kota Dompu bisa 14 jam. Jalannya rusak, belum lagi kalau musim hujan, banyak tebing longsor sehingga menutup jalan. Sekarang 10 jam sudah nyampai, jalannya mulus," kata Furkhan, warga Dompu.

Gubernur NTB TGH Muhammad Zainul Majdi mengatakan, Lombok lebih dikenal karena masalah akses, terutama penerbangan. "Selain itu, membangun jalan sedikit saja di Lombok langsung terlihat, berbeda dengan di Sumbawa," katanya kepada Kompas, di Mataram, Selasa (17/3).

Karena itu, kata Zainul Majdi, penataan infrastruktur di Sumbawa pun diluncurkan. Program pembangunan jalan di NTB bernilai kira-kira Rp 500 miliar tiga tahun lalu, 60 persennya dialokasikan ke Sumbawa untuk keterhubungan sentra-sentra ekonomi di lima kabupaten/kota di pulau tersebut.

Untuk lebih mengoptimalkan potensi ekonomi Sumbawa pada khususnya dan NTB pada umumnya, sejak 2008 Pemprov NTB meluncurkan Program Pijar (sapi, jagung, dan rumput laut) yang potensinya banyak terdapat di Sumbawa. Perekonomian rakyat di Sumbawa memang lebih banyak ditopang oleh sektor pertanian dan peternakan.

Jika kita melewati Lintas Tano-Sape, di kanan-kiri jalan, terutama di wilayah Kabupaten Sumbawa-Dompu-Bima, terlihat hamparan sawah, termasuk di bukit-bukit yang saat ini didominasi tanaman padi dan jagung. Di sejumlah tempat terdapat tambak udang dan sentra budidaya rumput laut. Tak jarang kita mendapati kawanan sapi atau kerbau melintas atau merumput di kanan-kiri jalan.

"Pembangunan infrastruktur membuka potensi ekonomi, misalnya Labangka di Kabupaten Sumbawa, di sana komoditas jagung melejit," kata Zainul Majdi.

Berdasarkan data Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi NTB, 11.280 hektar lahan di Labangka ditanami jagung dengan produksi 8-12 ton per hektar.

Pusat pertumbuhan

Asisten II Sekretariat Daerah Provinsi NTB Lalu Gita Aryadi dalam kesempatan terpisah mengatakan, pusat pertumbuhan baru terus diupayakan dan dikembangkan di Sumbawa. Salah satu yang tengah disiapkan adalah pengembangan Kawasan Ekonomi Terpadu (KEK) Samota (Saleh, Moyo, Tambora) di kawasan Teluk Saleh di Kabupaten Sumbawa dan Dompu.

"Dengan event TMD (Tambora Menyapa Dunia) diharapkan ada arus balik, terutama gelombang investasi," katanya.

Pemprov NTB mencanangkan TMD sejak April 2013. Zainul Majdi mengatakan, TMD merupakan langkah awal untuk mempromosikan Sumbawa, untuk mengenalkan seluas-luasnya potensi yang ada di Sumbawa. "Sumbawa itu sangat kaya. Dengan TMD, semua hal yang terpendam diangkat, dimunculkan," katanya.

Dengan segala potensi yang ada, dia berharap keseimbangan pembangunan di Lombok dan Sumbawa segera tercapai. Lombok yang menonjol dengan pengembangan sektor pariwisata, dapat diimbangi Sumbawa yang kaya akan potensi alam, mulai pertanian, peternakan, perikanan, hingga pertambangan.

Di bidang peternakan, misalnya, mulai dirintis hilirisasi produk peternakan sapi. Pada 22 Maret lalu, daging sapi beku dengan merek Tambora Mountain Beef, yang dihasilkan Rumah Pemotongan Hewan Asakota di Kota Bima, mulai dikirim ke Jakarta.

Tambora pun menjadi ikon baru, bukan hanya di Sumbawa, melainkan NTB secara keseluruhan. Bukan tidak mungkin nanti muncul merek-merek Tambora lainnya, berbasis pada potensi wilayah dan ekonomi di NTB. Pemprov NTB memang menarik magnet Tambora yang telah mendunia untuk memberdayakan potensi ekonomi.

Kompas akan mengupas dan memaparkan potensi tersebut mulai hari ini hingga 13 April nanti. Ini akan dirangkai dengan publikasi sejumlah kegiatan yang dihelat Pemprov NTB dan Kompas. Liputan dan publikasi memadukan koran, televisi, online, dan radio.

Paling tidak ada empat kegiatan yang akan dihelat Kompas dalam rangka peringatan 200 tahun meletusnya Gunung Tambora. Kegiatan-kegiatan tersebut adalah Tambora Bike sejauh 408 km dari Kota Mataram (Lombok) menuju Doro Ncanga (kaki Gunung Tambora) pada 9-11 April 2015, Trans Sumbawa 200 atau lomba lari sejauh 320 km dari Poto Tano hingga Doro Ncanga pada 8-11 April, Tambora Trail Run atau lomba lari maraton sejauh 46 km dan 22 km rute Doro Ncanga-puncak Tambora pergi pulang. Ada pula pentas musik country di Tambora. (REK/ENG/RUL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com