Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gubernur NTT: Promosi Pariwisata Masih Tertinggal

Kompas.com - 02/04/2015, 08:05 WIB
KUPANG, KOMPAS.com - Gubernur Nusa Tenggara Timur Frans Lebu Raya mengakui daerah ini masih sangat tertinggal dalam mempromosikan potensi pariwisata sebagai sektor andalan untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi bila dibandingkan dengan daerah lain seperti Nusa Tenggara Barat dan Bali.

"Promosi potensi wisata harus digencarkan. Percuma kita bangga akan Komodo sebagai satwa lagka dunia, Taman Laut Alor, danau tiga warga Kelimutu, Pasola dan lain-lainnya, jika minim promosi," kata Gubernur Lebu Raya kepada wartawan di Kupang, Rabu (1/4/2015).

Gubernur Lebu Raya mengatakan hal itu usai melantik Dr Marius Ardu Jelamu sebagai Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf) NTT di Kupang, untuk mengisi jabatan yang lowong setelah Kadis sebelumnya Alexander Sena dirotasi sebagai Asisten Administrasi Umum Setda NTT.

Untuk mempromosikan obyek wisata tersebut semua pihak harus mendorong potensi wisata yang ada semakin dikenal luas termasuk wisata kuliner yang menjadi kebanggaan NTT.

KOMPAS/IRENE SARWINDANINGRUM Sejumlah wisatawan berenang dan menyelam di pantai Pulau Kepa, Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur, beberapa waktu lalu. Sejumlah pulau di Alor yang masih sepi, bahkan tak berpenghuni, menawarkan pantai yang masih alami dan jauh dari keramaian. Alor juga dikenal sebagai surga terumbu karang dengan 47 titik penyelaman.
Gubernur mengatakan, dari sisi promosi, NTT bahkan Indonesia jauh tertinggal dari negara tetangga seperti Malaysia, yang menyiapkan sumber dananya untuk menggencarkan promosi hingga ke mancanegara.

Menurut Frans Lebu Raya, pemprov bertekad menjadikan NTT sebagai provinsi pariwisata karena kaya akan obyek pariwisata. Pariwisata di NTT tidak harus sama dengan Bali. Tetapi paling tidak perlu mendorong partisipasi masyarakat untuk membuat desa wisata.

"Pengembangan pariwisata NTT harus bermanfaat bagi rakyat. Pariwisata harus bersih dan aman. Jangan sampai kita tampilkan kekejaman di hadapan wisatawan. Sementara mereka menginginkan hal yang natural," katanya.

Gubernur Frans Lebu Raya menaruh harapan besar kepada Marius untuk memajukan pariwisata NTT. "Di pundak Kadis Parekraf yang baru masa depan pariwisata NTT dipertaruhkan. Untuk itu, jangan segan-segan melakukan koordinasi lintas sektor guna mendukung pembangunan pariwisata," katanya.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO Menghindari Serangan.
Gubernur menegaskan untuk dapat menggenjot pertumbuhan ekonomi daerah dan mencapai target kepariwisataan pada 2019 yang diinginkan bersama, maka ada tiga faktor utama sebagai pendukung usaha itu antara lain kekayaan alam yang alami dan menarik minat wisatawan yang sangat prioritas untuk dikunjungi dengan harga yang sangat kompetitif.

"Masih ada keunikan alam yang dimiliki seperti Komodo di Manggarai Barat, 17 pulau Riung di Ngada, Danau Tiga Warna Kelimutu di Ende, kuda di Sumba yang belum dimaksimalkan," katanya.

Selanjutnya Taman Laut Pulau Kepa di Alor dan berselancar di Nemberala Rote. Keunikan religi melalui Prosesi Jumat Agung di Larantuka, ritual "Kure" dalam perayaan Paskah di Noemuti, Timor Tengah Utara (TTU), di Sikka, Prosesi Patung Bunda Maria, masih jauh dari daya dukung semua pihak untuk mendorong pariwisata sebagai sektor andalan.

KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR Turis Denmark dengan selendang songke di Desa Liang Ndara, Kecamatan Mbeliling, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.
"Bebas visa memang menjadi cara terbaik untuk mendatangkan wisman dalam waktu yang cepat, meskipun harus diakui bahwa ada sisi keekonomian yang hilang, khususnya dari sisi penerimaan negara dari visa. Pengeluaran wisman diperkirakan justru lebih besar ketimbang pendapatan dari pungutan visa secara langsung," katanya.

Gubernur berharap terobosan dan strategi yang telah dilakukan dalam dua tahun terakhir, akan menghasilkan dampak yang positif untuk pengembangan pariwisata NTT yang memiliki obyek wisata tak kalah dengan Provinsi NTB dan Bali.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com