Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengantar Matahari di Ujung Manise

Kompas.com - 07/04/2015, 09:11 WIB
DI Tanjung Nusaniwe, Maluku, kita bisa mengantar matahari sampai ke rumahnya. Dari titik yang tak terkira jaraknya, bundaran mentari bak bulan purnama itu perlahan bergerak turun seakan jatuh ke dalam laut.

Di ujung senja itu, ombak Laut Banda tak pernah berhenti menubruk barikade karang yang membentengi pesisir sekitar Tanjung Nusaniwe, Desa Latuhalat, Kota Ambon, Maluku.

Sempat dikepung awan selama beberapa detik, mentari yang telah berubah warna menjadi kemerah-merahan itu akhirnya menghilang tepat pukul 18.53 WIT. Seketika, Tanjung Nusaniwe dirundung kegelapan.

”Selamat malam,” ucap Sofian, warga asal Surabaya, Jawa Timur. Kedua rekannya, Marwan dan Jack, mengulum senyum mendengar candaan Sofian. Ketiganya yang mengaku mahasiswa dari salah satu perguruan tinggi di Surabaya itu memang sengaja ke sana untuk menyaksikan detik-detik tenggelamnya matahari. Mereka sudah tiba sekitar dua jam sebelumnya.

Sembari menunggu momen tersebut, mereka menyusuri pesisir sepanjang tanjung untuk memotret pesona lain yang juga tidak kalah menariknya. Mulai dari barikade karang yang membentang sepanjang pesisir, gelombang yang berkejar-kejaran, dan lambaian nyiur yang tumbuh tegak menjulang. Siliran angin laut menyempurnakan sajian pesona di sana.

Puluhan kapal dan perahu nelayan dari arah Teluk Ambon melintasi ujung tanjung, sebelum menuju Laut Banda untuk mencari ikan. Tanjung Nusaniwe merupakan pintu gerbang di sisi kanan, sedangkan di sisi kiri adalah Tanjung Alang. Tanjung Nusaniwe condong ke selatan, sedangkan Tanjung Alang condong ke barat daya Kota Ambon.

Kedua tanjung itu merupakan ujung dari pesisir Teluk Ambon yang memanjang sejauh 102,7 kilometer. Teluk Ambon yang memiliki kedalaman 20-40 meter memiliki pesona bawah laut yang belum banyak terjamah.

Tanjung Nusaniwe merupakan salah satu dari begitu banyak obyek wisata di Pulau Ambon dan sekitarnya. Obyek-obyek itu di antaranya Pantai Liang di Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah; Pulau Osi di Kecamatan Seram Barat, Kabupaten Seram Bagian Barat; Batu Layar di Kecamatan Leihitu Barat, Kabupaten Maluku Tengah; dan Pantai Namalatu yang berjarak sekitar 4 kilometer dari Tanjung Nusaniwe.

Belum terkelola

Untuk memasuki Tanjung Nusaniwe yang berjarak sekitar 18 kilometer dari Kota Ambon itu, pengunjung yang menggunakan sepeda motor dikenai biaya Rp 5.000, sedangkan pengguna mobil dikenai Rp 10.000. Ada puluhan pohon rindang di situ yang ikut meneduhkan area wisata ini.

Sayangnya, tempat wisata dengan luas sekitar 2 hektar tersebut belum dikelola dengan baik. Salah satunya, tak ada warung makan yang menjual kuliner khas Maluku. ”Kami sudah berpikir untuk mengelola ini lebih baik lagi. Namun, hal itu membutuhkan biaya besar,” kata Elen Tuhusula, pemilik tempat wisata tersebut.

Pada hari libur dan akhir pekan, pengunjung yang datang bisa mencapai 150 orang, sementara pada hari biasa tidak lebih dari 20 orang. ”Pengunjung kurang karena pengelolaannya yang masih sederhana,” ucap Elen.

Menurut Kepala Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga Kota Ambon Hendry Marijes Sopacua, Tanjung Nusaniwe memang merupakan salah satu lokasi wisata yang belum dikelola pemerintah. Saat ini, tempat itu dikelola marga Tuhusula sebagai pemilik tanah ulayat.

”Saat ini Pemerintah Kota Ambon masih fokus untuk mengembalikan citra Ambon sebagai tempat yang aman bagi semua wisatawan, baik dalam maupun luar negeri,” ujar Hendry, merujuk konflik sosial yang pernah melanda Ambon beberapa tahun lalu. Sejak saat itu, banyak wisatawan takut berkunjung ke Ambon.

Jumlah wisatawan asing yang datang ke Ambon pada 2013 sekitar 4.000 orang dan meningkat pada 2014 menjadi sekitar 5.000 orang. Adapun jumlah wisatawan dalam negeri, yang jumlahnya pasti jauh lebih banyak, tak terdata.

Pulau Ambon memang tak pernah habis dengan kemolekannya. Tak heran kalau pulau ini dijuluki ”Manise”. Pesona alam seperti matahari terbenam merupakan obyek yang paling diburu wisatawan.

Betapa tidak, menyaksikan detik-detik itu seakan membuat kita ikut mengantar kepulangan mentari ke ujung Pulau Manise, setelah lelah menyusuri hari. (Fransiskus Pati Herin)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com