Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bak Safari di "Afrika van Sumbawa"

Kompas.com - 10/04/2015, 09:03 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Penulis

KOMPAS.com - Sinar matahari terasa terik kala tim "Ekspedisi Alam Liar" dari Kompas.com mulai meninggalkan Desa Doropeti, Kecamatan Pekat, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat, Sabtu (21/3/2015). Empat mesin mobil dengan tenaga penggerak empat roda telah menggaung membawa barang-barang pendakian dan anggota tim. Jalan aspal meliuk-liuk sepanjang perjalanan menuju Pos 1 Doro Ncanga yang berada di pinggir padang sabana.

Geliat pedesaan makin menjauh dari pandangan. Namun ada pemandangan yang tak berubah. Bahkan semakin banyak ketika mendekati Pos 1 pendakian Gunung Tambora rute Doro Ncanga. Hal itu adalah hewan peliharaan berupa kambing, sapi, kuda, dan kerbau. Setiap warga di Kecamatan Pekat memiliki hewan peliharaan yang bebas berkeliaran di sepanjang jalan di Desa Doropeti. Kelompok hewan peliharaan itu semakin banyak terlihat di padang sabana.

“Di sini, hewan-hewan dilepas liar. Kalau yang di padang sabana rata-rata milik pejabat,” kata Anton, sang pemandu yang mengantarkan tim ekspedisi.

Tak berapa lama ia mengatakan hal tersebut, hewan-hewan tersebut terlihat mengelompok di segala penjuru padang rumput yang menghampar luas. Diperkirakan luas padang sabana di lereng Tambora mencapai 20.000 hektar.

Ketika tim ekspedisi memasuki kawasan padang sabana Tambora, mata langsung dimanjakan dengan padang rumput dengan batu-batu apung yang memenuhi hampir seluruh kawasan. Hewan-hewan berkeliaran liar di padang rumput.

Sapi, kerbau, dan kuda tampak asyik mengunyah rumput-rumput. Beberapa kelompok sapi bersantai di bawah pohon menghindari panas. Ada juga yang berada di tengah padang. Anton mengatakan bahwa hewan-hewan ini mempunyai daya jelajah yang kuat. Hewan-hewan ini dapat mencari makan hingga bukit-bukit.

“Kalau sudah hilang, nanti dicari. Saya pernah mencari hewan-hewan sampai bukit. Ada timnya,” katanya.

Titik penjelajahan ditandai oleh bangunan kayu yang berada di sebelah kanan jalan. Kemudi dibelokkan ke kiri memasuki padang rumput. Di kiri dan kanan mobil hewan-hewan semakin banyak terlihat. Bak di Taman Safari di Puncak Jawa Barat, tim ekspedisi mulai menjelajah bersama hewan-hewan ternak.

Kontur jalan di padang sabana kembali dirasakan oleh mobil pikap dengan kabin ganda yang kami tumpangi. Tim tak mau kelewatan untuk melihat pemandangan nan menggersang akibat paparan sinar matahari.

Puluhan pasang mata hewan-hewan di sabana mengikuti perjalanan kami. Semua terpaku melihat “kuda besi” liar yang menjajah wilayah kekuasaannya. Jika sedang makan maka mereka akan segera berhenti untuk memandang kami lewat.

KOMPAS.com / KRISTIANTO PURNOMO Mobil Nissan All-New NP300 Navara melintasi sabana untuk menuju Pos 3 Gunung Tambora di jalur Doro Ncanga, Dompu, Nusa Tenggara Barat, Jumat (20/3/2015).

Suaka margasatwa

Di bawah pohon dan di tengah sabana mereka mengintai kami. Hingga kami menemukan sebuah plang besi berwarna hijau setelah sekitar 20 menit memasuki padang sabana. Plang tersebut bertuliskan “Suaka Margasatwa Gunung Tambora Selatan”.

Dari plang tersebut diketahui bahwa kawasan padang savana ini merupakan suaka margasatwa yang berdiri di bawah Balai Konservasi Sumber Daya Alam Nusa Tenggara Barat. Luas wilayahnya tercatat seluas 21.674,68 hektar.

Di kawasan padang sabana Gunung Tambora juga terdapat fauna seperti monyet yang kadang menampakkan diri. Tim berhasil melihat satwa monyet ketika perjalanan turun meninggalkan Gunung Tambora. Beberapa monyet memang tampak sedang mencari makan di sabana.

“Itu monyet kalau dikasih makan biasa mau mendekat,” kata Talo Baco, pengemudi mobil jeep yang menemani tim.

Ketika tim ekspedisi berkunjung padang sabana bulan Maret lalu masih termasuk ke dalam musim penghujan. Jika datang pada musim kering, padang sabana akan gersang. Kuning mengering karena kekurangan air dan paparan matahari seperti di Afrika. Sebutan "Afrika van Sumbawa" rasanya tak berlebihan untuk kawasan padang sabana Gunung Tambora dengan bentang alam dan fauna yang bebas berkeliaran.

Ikuti kisah perjalanan "Ekspedisi Alam Liar'' dari tim Kompas.com saat menjelajahi Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa di Nusa Tenggara Barat pada 18-25 Maret 2015 dalam liputan khusus "Ekspedisi Alam Liar".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Panduan Lengkap ke Desa Wisata Koto Kaciak, Simak Sebelum Datang

Panduan Lengkap ke Desa Wisata Koto Kaciak, Simak Sebelum Datang

Travel Tips
Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

Travel Update
Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

Travel Update
4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

Travel Tips
Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Jalan Jalan
4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

Travel Tips
Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Travel Update
Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Jalan Jalan
Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Jalan Jalan
 7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

Jalan Jalan
5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

Travel Tips
Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Jalan Jalan
Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Travel Update
Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com