Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keramahan Dinginkan Panasnya Sumbawa

Kompas.com - 12/04/2015, 10:32 WIB
KERUMUNAN warga Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, yang antusias menyambut peserta Tambora Bike, Jumat (10/4/2015), menghibur peserta bersepeda menuju Tambora itu. Kendati cuaca panas, warga juga sama semangatnya dengan peserta. Mereka berjajar di tepian jalan sembari memberikan dukungan semangat kepada pesepeda.

Sejak etape dua (162 kilometer) Tambora Bike dimulai, yakni dari Desa Motong, Kecamatan Utan, menuju Kecamatan Pidang, warga sudah terlihat di tepian jalan. Mereka membawa bendera Merah Putih dan umbul-umbul warna-warni untuk menyambut sekaligus memberikan semangat kepada pesepeda.

Di beberapa sekolah yang dilintasi pesepeda, siswa-siswi juga melambaikan bendera dari plastik dan meneriakkan ”Semangaaaaaaattt!” kepada setiap pesepeda yang melintasi jalan raya di depan sekolah mereka.

Tomi Pratomo (50), salah satu peserta Tambora Bike, berhenti untuk berfoto bersama anak-anak sekolah di Sekolah Dasar Negeri Tanar di Kecamatan Labuhan Badas.

Tomi, yang kelelahan karena panas mendera, pun meladeni permintaan anak-anak sekolah yang ingin berfoto bersamanya. Ia memasang pose selfie dengan kameranya. Anak-anak sekolah itu mengerubutinya bak selebritas. Mereka gembira.

Temperatur Pulau Sumbawa kemarin tercatat 35 derajat celsius. Minimnya pepohonan di kanan-kiri jalan semenjak pesepeda dilepas dari Utan membuat panas itu kian menjadi. Beberapa pesepeda pun berkelakar menyebut matahari di Sumbawa jumlahnya lima.

Lebih panas

”Panasnya luar biasa. Lebih panas hari ini daripada kemarin. Kemarin tidak terlalu terasa panas karena kami berada di kapal penyeberangan ketika puncak panas terjadi,” kata Royke Lumowa, peserta yang juga perwira tinggi polisi berpangkat brigadir jenderal.

Rute Sumbawa yang naik-turun dan berkelok belum dirasakan sebagai kendala berarti bagi pesepeda. Hanya saja, panas yang terik membuat stamina mereka terkuras. Banyak minum pun tidak selalu membuat pesepeda dapat menahan sergapan panas.

”Hari ini panasnya tiga kali lipat dibandingkan kemarin. Saya minum berkali-kali dan banyak beristirahat. Kalau soal rute sebenarnya tidak terlalu berat karena relatif landai,” kata Asep Barli (45), pesepeda dari Bandung yang sudah enam kali mengikuti acara sepeda Kompas.

Beberapa pesepeda harus berhenti karena ban pecah dan berlubang. ”Ban sepedaku pecah. Tadi kena kerikil. Mungkin karena panas juga sehingga ban memuai,” kata Andy Prihartono (36), yang terpaksa menepi karena bannya mendadak kempis.

Sambutan hangat juga ditunjukkan Paryadi, pengelola Pelabuhan Badas, di Teluk Badas, yang hingga kini menjadi sentra pengiriman hasil bumi Sumbawa. Pelabuhan itu juga menjadi tempat bongkar muat pupuk, semen, BBM, dan aspal dari luar daerah yang diperlukan warga Sumbawa.

”Dulu, tahun 1993-1997, setiap minggu ada tiga sampai empat kali kapal pesiar bersandar di Pelabuhan Badas. Turis antara lain berasal dari Panama dan Eropa serta Asia, seperti Vietnam dan Thailand,” katanya.

Namun, kini kapal pesiar tidak sesering dulu. Pelabuhan bekas pangkalan Jepang di Perang Dunia II itu lebih banyak menjadi sentra pengiriman hasil bumi produksi Sumbawa, seperti jagung dan beras.

Sediakan air

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com