Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menari, Menyanyi, dan Keliling Dunia

Kompas.com - 19/04/2015, 19:21 WIB
SELAMA ini mungkin orang hanya tahu pekerjaan yang memungkinkan pekerjanya berkeliling dunia adalah menjadi pilot, pramugari, pelaut, kru kapal pesiar, atau wartawan. Padahal, masih banyak pekerjaan lain yang membuat pekerjanya terbang ke sejumlah negara dengan senang hati tentunya.

Salah satunya menjadi kru drama musikal seperti para pendukung Disney’s Beauty and The Beast The Original Broadway Musical Spectacular. Setelah berkeliling di Amerika Serikat, sejak tujuh bulan lalu, mereka tampil berkeliling ke sejumlah negara, mulai dari Zorlu Center, Istanbul, Turki, pada Oktober 2014, berlanjut ke Kazakhstan, Uni Emirat Arab, Filipina, Thailand, Singapura, Indonesia (26 Mei-7 Juni), dan Makao.

Tur keliling dunia itu dilakukan untuk merayakan ulang tahun pementasan Beauty and The Beast di panggung Broadway yang bermula tahun 1994. Pementasan tersebut hasil kerja sama Disney Theatrical Productions, NETworks, dan Broadway Entertainment Group.

”Ini pekerjaan sangat menyenangkan. Kami mencari nafkah sesuai kepandaian dan kesukaan kami, yaitu menari, menyanyi, berakting dengan bonus keliling dunia,” kata Adam Dietlein yang memerankan Gaston di belakang panggung di Marina Mastercard Theatres, Marina Bay Sands, Singapura, Jumat (10/4/2015).

Pendapat senada mengemuka dari Jordan Aragon yang memerankan Lefou, sahabat yang sering di-bully Gaston. ”Rindu orang rumah? Tentu saja tidak. Orangtua saya ikut pergi ke Singapura. Mereka bisa menonton pertunjukan dan berwisata di sini,” ujar Aragon.

Begitu pula komentar Charlie Jones, si pemeran bocah yang malih rupa menjadi cangkir, Chip. Terpilih tampil di pertunjukan, dia harus meninggalkan sekolah formal. Padahal, sebagai siswa SD berusia sembilan tahun, Jones tetap harus sekolah.

ARSIP CIPUTRA ARTPRENEUR Beauty and The Beast.
”Semacam home schooling, lebih tepatnya travel schooling karena kami pindah-pindah terus,” ujar Jones. Dia sekolah dengan ibunya sebagai guru dan setiap kali ulangan, berkasnya dikirim ke Amerika Serikat.

Jones dengan yakin mengatakan, profesi ini adalah impiannya karena dia bisa memuaskan hobi sekaligus menghibur banyak orang. ”Saya gembira luar biasa ketika dinyatakan lolos audisi. Namun, saya begitu takut ketika naik pesawat pertama kali. Saya terus berdoa dan meyakinkan diri sendiri inilah pekerjaan yang saya inginkan,” ucap Jones yang telah tampil dalam lebih dari 108 pertunjukan.

10 kontainer

Selain 30 aktor dan aktris, pementasan ini mengikutsertakan 30 orang kru, mulai dari manajer tur, sutradara, 11 musisi, penata panggung, penjahit, hingga teknisi. Untuk membawa semua perlengkapan, mereka mengemasnya dalam 10 kontainer. Mereka membawa belasan lemari pakaian, tiga mesin jahit, aneka properti panggung, kipas angin, dan kotak perlengkapan yang seluruhnya tersusun rapi serta teratur.

”Jangan menyentuh apa pun, apalagi memindahkan atau mengubah properti kami. Semua sudah disusun untuk memudahkan kerja kami,” kata manajer tur Jo McCrory kepada mereka yang masuk ke belakang panggung.

Sebagai tambahan, di setiap negara yang mereka datangi, mereka meminta mesin cuci di belakang panggung. Kamis (9/4/2015), para pekerja tengah sibuk menata empat mesin cuci di Ciputra ArtPreneur Theater, Lotte Shopping Avenue, Jakarta, yang akan jadi tempat pentas mereka di Indonesia.

Sesuai standar pertunjukan teater internasional, Ciputra ArtPreneur Theater memiliki ruang tunggu luas, konter makanan dan minuman, ruang VIP plus dilengkapi ruang serbaguna, koneksi internet, dan akses langsung bagi para tamu dan pengiriman perlengkapan.

KOMPAS/IDA SETYORINI Peralatan perbaikan drama musikal Beauty and The Beast di Marina MasterCard Theatres Singapura.
Tuntutan tinggi itu juga yang membuat semua kru wajib memberikan penampilan terbaik bagi penonton di mana pun mereka tampil. Intensitas dan kecintaan mereka senantiasa tertuang dalam setiap penampilan.

”Banyak orang bertanya apakah kami tidak bosan memerankan tokoh yang sama setiap malam? Tentu saja tidak karena ini pekerjaan kami dan penonton yang hadir selalu berbeda. Kami justru ingin terus meningkatkan kualitas pekerjaan kami agar penonton senang. Ketika kami selesai dan penonton bertepuk tangan terus-menerus, di situlah kami puas. Kerja keras kami terbayar,” ujar Dietlein, si Gaston.

Untuk kerja karas itu, tepuk tangan publik di Jakarta pasti mereka nantikan. Sementara ini, mereka beristirahat ke negara asal sambil meningkatkan kualitas pertunjukan. (IDA SETYORINI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com