Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyambangi Masjid Kayu di Desa Tuatunu

Kompas.com - 04/05/2015, 09:06 WIB
KOMPAS.com - Kalau ingin melihat dan mengetahui lebih jauh bagaimana kehidupan penduduk Bangka pada zaman dahulu, datanglah ke Desa Tuatunu. Dari Kota Pangkalpinang, ibu kota Provinsi Bangka Belitung, Desa Tuatunu berjarak sekitar 7 kilometer. Tapi itu baru jalan aspal. Dari jalan aspal memasuki Desa Tuatunu masih ditempuh sejauh 4 kilomeer lagi melalui jalan tanah dan bergelombang.

Memasuki kawasan hutan yang penuh dengan tanaman buah-buahan dan perkebunan lada maka tak heran pengunjung atau wisatawan akan sering berpapasan dengan petani yang membawa hasil buah-buahan untuk dijual. Seperti perjalanan pada Jumat (24/4/2015), rombongan fam trip Disbudpar Bangka Belitung berpapasan dengan petani yang membawa nanas dalam keranjang menggunakan sepeda motor.

KOMPAS.COM/I MADE ASDHIANA Tari selamat datang menyambut wisatawan di Desa Tuatunu, Pangkalpinang, Provinsi Bangka Belitung.
Desa Tuatunu ini layak disebut desa wisata. Di sini wisatawan akan menemukan kehidupan penduduk Bangka pada zaman dahulu. Apalagi mayoritas penduduk di Desa Tuatunu ini adalah Muslim, sehingga di desa tersebut dibangunlah sebuah masjid yang seluruh bangunannya terbuat dari kayu yakni kayu nyato dan tengris. Jenis kayu tersebut sudah termasuk jarang ditemui di Pulau Bangka. Masjid kayu yang dibangun ini merupakan replika dari Masjid Jamik, masjid tertua di Pulau Bangka, dibangun tahun 1883. Sementara di samping masjid terdapat replika Ka’bah untuk manasik haji.

Setiap wisatawan yang datang berkunjung ke Desa Tuatunu akan disambut tarian adat daerah Bangka, sebagai tarian selamat datang. Desa wisata ini baru berumur setahun dan dibangun untuk menghadirkan bagaimana suasana kehidupan penduduk Bangka dan kebiasaan sehari-hari.

KOMPAS.COM/I MADE ASDHIANA Perajin Tenun Khas Bangka di Desa Tuatunu, Pangkalpinang, Provinsi Bangka Belitung.
Setelah disambut tarian adat, para tamu akan digiring memasuki pendopo dan disuguhi makanan tradisional seperti ubi rebus, pisang rebus, singkong rebus, jagung, minuman jahe sampai rujak tumbuk.

Selanjutnya wisatawan diajak berkeliling memasuki sebuah ruang seperti museum mini berisikan peralatan dan alat transportasi warga Bangka yang masih tradisional seperti seterika arang, radio transistor, sepeda onthel, kayu bakar dan sebagainya.

KOMPAS.COM/I MADE ASDHIANA Suji, penari kontemporer beraksi di desa Tuatunu, Pangkalpinang, Provinsi Bangka Belitung.
Di tempat ini juga wisatawan akan menemukan perajin cual, tenun khas Bangka yang tengah aktif mengerjakan tugasnya. Keluar dari ruangan ini, pengunjung akan diajak menyaksikan kehidupan warga Bangka yang tak bisa dipisahkan dengan air. Bagaimana mereka mencuci pakaian di sungai. Sedangkan di tengah kolam, Suji, seorang penari kontemporer membawakan aksinya menari di mana kaki dan tangannya terikat tali.

Menyaksikan gerakan Suji diiringi musik dambus saat senja tiba di Desa Tuatunu merupakan tontonan memikat. Sembari menonton gerak-gerik Suji meliuk-liuk di tengah kolam, pengunjung senantiasa disuguhi makanan tradisional serba rebusan. Sebuah tontonan menarik di tengah hutan yang tak jauh dari Kota Pangkalpinang.

KOMPAS.COM/I MADE ASDHIANA Seni menyusun batu di Desa Tuatunu, Pangkalpinang, Provinsi Bangka Belitung.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com