Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiba di Rumah, Tujuan Utama Mendaki Gunung! Simak Tipsnya...

Kompas.com - 21/05/2015, 10:36 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Penulis

KOMPAS.comMendaki gunung menjadi salah satu kegiatan wisata petualangan yang menawarkan panorama keindahan alam. Terletak pada pertemuan lempeng tektonik Eurasia dan Indo-Australia, Indonesia memiliki banyak gunung dengan keindahan yang memukau dan juga dahsyat. Namun untuk menikmati keindahan dan kemegahan gunung tersebut, wisatawan atau sering disebut pendaki, harus memiliki pengetahuan keamanan dalam hal mendaki gunung agar tetap aman.

Seringkali pendaki mengincar puncak gunung sebagai tujuan akhir pendakian. Dalam buku Mountaineering: The Freedom of The Hills (2010) tertulis “Sebuah strategi yang baik untuk pendakian yang aman memiliki tujuan pertama yaitu kembali ke rumah dengan selamat…”. Dalam buku tersebut, tertulis beberapa cara untuk dapat meningkatkan pengetahuan keamanan dalam bergiat di alam bebas. Berikut tips ketika mendaki gunung agar dapat selamat hingga sampai di rumah.

Penilaian Terhadap Bahaya

Musuh terbesar ketika mendaki bukanlah gunung yang didaki tapi adalah pengambilan keputusan yang buruk. Kematian dan cedera banyak disebabkan oleh pengambilan keputusan yang buruk dari pendaki tersebut. Pendaki gunung dapat mempertimbangkan dengan menilai tingkat risiko yang dapat dilalui. Kemudian, menjalankan perencanaan dengan kontrol yang baik.

Hal tersebut dapat tercermin dalam perencanaan pendakian gunung. Pendaki harus mengetahui jalur dan ancaman bahaya yang timbul saat melakukan pendakian. Penilaian terhadap keadaan jalur seperti panjang rute, keanekaragaman hayati, medan pendakian, dan cuaca pendakian mutlak diketahui. Setelah mengetahui, pendaki dapat mengambil keputusan terbaik ketika melakukan pendakian gunung.

Mahendratta Sambodho/MAPALA UI Ilustrasi mendaki gunung

Belajar dari Pengalaman

Belajar dari kesalahan ketika mendaki gunung dapat membantu pendaki mengembangkan keterampilan dalam menentukan keputusan terbaik. Namun, dalam mendaki gunung, kesalahan kecil maupun besar tidak dapat diterima. Belajar dari kesalahan dan kecelakaan orang lain dapat menjadi satu pilihan. Untuk para pendaki pemula, proses pembelajaran dapat dilakukan dengan mencari  yang berkualitas dan mencari teman pendakian yang terampil.

Mengevaluasi kesalahan yang dilakukan setelah pendakian gunung adalah salah satu cara pembelajaran terbaik. Pendaki dapat mengetahui jenis-jenis kesalahan ketika mendaki gunung dan mencari solusi hingga nanti dapat menghindari kesalahan terulang kembali. Dengan mengetahui kejadian kecelakaan dalam pendakian gunung yang banyak terjadi di Indonesia, para pendaki dapat mengambil pelajaran dari setiap musibah agar tidak terulang kembali.

Ketahui Penyebab Kecelakaan Dalam Pendakian Gunung

Laporan Accidents in North American Mountain (ANAM) yang dirilis setiap tahun oleh American Alpine Club and the Alpine Club of Canada adalah satu referensi yang pembelajaran yang baik. Isi laporan kecelakaan dalam pendakian gunung tersebut menyebutkan faktor-faktor kesalahan yang telah dilakukan oleh para pendaki. Dari laporan tersebut penggunaan alat, teknik, dan pengambilan keputusan dapat menjadi rekomendasi.

Seperti contoh laporan ANAM pada tahun 2009 menyebutkan kecelakaan yang paling sering terjadi ketika mendaki gunung adalah jatuh atau terpeleset. Sebanyak 3.879 kasus kecelakaan pendakian gunung yaitu jatuh atau terpeleset di medan berbatu. Sementara 763 kasus kecelakaan adalah tertimpa batu atau objek lain. Kesalahan lain yang berkontribusi dalam kecelakaan pendakian gunung adalah mendaki tanpa menggunakan tali, melebihi kemampuan, dan peralatan pendakian yang tidak memadai.

Dengan mempelajari laporan-laporan kecelakaan ketika pendakian gunung, pendaki dapat belajar mengambil keputusan terbaik sebelum mendaki. Keputusan terbaik yang diambil oleh pendaki adalah kunci untuk selamat sampai tiba di rumah.

KOMPAS IMAGES / FIKRIA HIDAYAT Pendaki beristirahat di pos Pasar Bubrah usai mendaki puncak Gunung Merapi (2.896 mdpl) dari jalur Selo, Boyolali, Jawa Tengah, Minggu (8/6/2014). Merapi adalah salah satu gunung berapi teraktif di dunia. Status gunung saat ini normal setelah sempat dinaikkan karena terjadi beberapa erupsi kecil. Pendakian ke gunung ini masih berbahaya penuh material lepas.
Mengetahui Sumber Bahaya

Ketika mendaki gunung, bahaya selalu mengancam para pendaki. Pengetahuan tentang sumber bahaya pendakian mutlak diketahui oleh para pendaki. Terdapat dua jenis sumber bahaya saat mendaki gunung yaitu bahaya obyektif dan subjektif. Bahaya obyektif berasal gunung yang akan didaki, sementara subyektif berasal dari para pendaki sendiri.

Bahaya obyektif dari gunung yang didaki seperti kemiringan medan, biodiversitas di sekitar jalur, medan pendakian, cuaca, dan pengaruh ketinggian. Sementara bahaya subyektif seperti pengambilan keputusan yang buruk, pengetahuan pendakian yang kurang maksimal, kesehatan yang kurang, dan cara bertindak yang buruk. Kecelakaan saat mendaki banyak didominasi oleh bahaya subyektif terutama pengambilan keputusan yang buruk.

KOMPAS.com / FITRI PRAWITASARI Salah Satu Jalur Terjal yang Dilalui Saat Mendaki Gunung Gede, Taman Nasional Gede Pangrango, Bogor, Jawa Barat

Memahami Risiko

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com