Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Panorama Indah Berkah Letusan Galunggung

Kompas.com - 30/05/2015, 14:26 WIB
SETELAH meletus sejak 5 April 1982 hingga Januari 1983, Gunung Galunggung di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, membentuk panorama alam yang memesona. Kawah yang dulu memuntahkan lahar panas, pasir, dan bebatuan, kini menjadi danau indah, berair bening, dan tenang, dikelilingi hutan rindang nan hijau.

Dari bibir kawah gunung berketinggian 2.167 meter di atas permukaan laut itu pengunjung bisa menikmati panorama alam yang terhampar luas, dihiasi saluran air panas berkelok-kelok di sela-sela perkampungan dan persawahan. Di bawah kawah terdapat obyek wisata alam Galunggung berupa kolam renang air panas dan bak rendam yang konon berkhasiat menyembuhkan berbagai penyakit kulit.

”Banyak pengunjung yang menginap di sini untuk berendam sambil berobat,” ujar Djadja Suherman (50), juru parkir sekaligus koordinator pedagang di kawasan wisata Galunggung, akhir Februari lalu.

Selain berobat, ada juga pengunjung menginap untuk bermeditasi atau ziarah karena Galunggung juga dianggap peninggalan pusat spiritual Kerajaan Sunda pra-Pajajaran sekitar abad XII (Iip D Yahya, penulis sejarah Soekapoera Vol 1 No 1, 2013).

Djadja berkisah, tempat pemandian Cipanas Galunggung sudah terkenal sejak puluhan tahun lalu untuk mengobati penyakit kulit akut seperti eksim dan gatal-gatal. Di tempat ini juga tersedia arena bermain anak-anak, mes, kios wisata, gazebo, air terjun, panggung hiburan, tempat kemping, dan area parkir yang cukup luas.

Pengunjung juga bisa berendam di berbagai kelokan sungai alam yang mengalir deras dari lereng kawah gunung. ”Hari Sabtu-Minggu, selokan panas ini biasanya dipenuhi pengunjung yang membawa serta anggota keluarga,” ujar Makmur (55), salah satu petugas jaga Perum Perhutani.

Ikon Tasikmalaya

Setelah jalan dari Kota Tasikmalaya menuju Galunggung diaspal hotmix awal 2014, pengunjung hampir setiap hari datang ke Cipanas Galunggung. Pada 23 Februari lalu misalnya, sekitar 200 wisatawan datang ke tempat ini dengan 10 mobil pribadi, 50–an sepeda motor, dan angkutan umum pedesaan.

Tidak hanya mandi di air panas, pengunjung biasanya juga membeli sayuran khas Galunggung, seperti bawang kucay, pucuk pakis, dan selada air yang tumbuh di tebing-tebing gunung. ”Sayuran ini banyak dipasok oleh petani setiap hari Jumat, untuk menyambut ramainya pengunjung hari Sabtu dan Minggu,” ujar Nurul (20), salah satu dari 75 pedagang yang berjualan di kawasan ini.

Pada Sabtu, Minggu, atau hari libur, keluarga Nurul bisa memperoleh omzet Rp 1 juta-Rp 1,5 juta. Kalau hari biasa hanya puluhan ribu hingga ratusan ribu rupiah. Selain Nurul, ada 25 pedagang yang berada di bawah pengelolaan Desa Linggajati, Kecamatan Sukaratu.

Gunung Galunggung merupakan ikon utama Tasikmalaya. Tahun 2014 obyek wisata ini menyumbang kas pendapatan asli daerah Kabupaten Tasikmalaya sekitar Rp 500 juta dari sekitar 200.000 wisatawan.

Letusan Galunggung pada April 1982 merupakan erupsi gunung api yang dahsyat di penghujung abad 20. ”Ketika gunung itu mau meletus, bumi bergoyang dan kantor kami seperti perahu digoyang gelombang,” ujar Heri Supartono, Ketua Pos Pengamatan Gunung Api Galunggung yang berkantor di Desa Padakembang, 5 kilometer di bawah kawah Galunggung.

Letusan yang berlangsung sembilan bulan itu meninggalkan kawah terbuka dan seonggok material letusan di tengahnya atau yang dikenal sebagai kerucut sinder. Perlahan-lahan kawah mulai penuh air dan dalam beberapa tahun berubah menjadi danau. Pada tahun 1993 volume air danau diperkirakan sekitar 10 juta meter kubik.

Sebagai danau kawah gunung api, sangat riskan apabila penuh air. Karena itu pada 1994 dibuat terowongan pada dinding kawah untuk mengeluarkan sebagian air. Upaya ini berfungsi ganda, yakni mengurangi volume air danau kawah dengan tetap mempertahankan isi air sebagai pendingin kawah. Kedua memanfaatkan air buangan untuk mengairi persawahan dan kolam-kolam ikan penduduk.

Panjang terowongan sekitar 650 meter, diameter 4 meter. Air dialirkan ke Sungai Cikunir. Tujuh tahun setelah terowongan berfungsi, yakni tahun 2005, volume air kawah stabil. Ini ditunjukkan oleh kondisi kerucut sinder seperti dua pulau di tengah danau. Tahun 2010 sedimentasi makin besar sehingga kerucut sinder dengan tepi danau hampir menyatu seperti tidak ada batas lagi. Kini kawah itu telah berubah menjadi danau indah. (DEDI MUHTADI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com