Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Balada "Cleat" dan "Jatuh Bego"

Kompas.com - 04/06/2015, 11:30 WIB
Wisnubrata

Penulis

BONGGO, KOMPAS.com -  Banyak pesepeda jarak jauh memanfaatkan cleat untuk menambah efisiensi kayuhannya. Menggunakan cleat, tenaga kayuh bisa dihemat hingga 30 persen. Namun mereka yang baru saja menggunakannya, harus berhati-hati. Pasalnya, bila kehilangan keseimbangan dan tidak sempat melepaskan kaitan pada pedal, pengguna awal ini bisa mengalami “jatuh bego.”

Cleat sendiri adalah aksesoris serupa kait yang dipasang pada sepatu dan bisa dikaitkan dengan pedal sepeda.

Menggunakan cleat, seorang pengendara sepeda tidak hanya memperoleh daya dorong saat menekan pedal ke depan, namun juga memperoleh bantuan daya angkat dari kaki satunya yang bergerak ke atas. Dengan bantuan dua kaki ini, gowes akan lebih ringan.

Ada cleat yang hanya bisa dilepas ke arah samping. Menggunakan jenis ini, seorang pesepeda harus menggeser tumitnya ke samping dan sedikit menyentakkan ke atas agar bisa melepas kaki dari pedal. Jenis yang lebih gampang dilepas, adalah cleat multi release, dibmana selain ke samping, pesepeda bisa membukanya dengan mengangkat tumit ke atas.

Meski memberi tambahan daya dorong pada kayuhan sepeda, namun memakai cleat memerlukan refleks yang bagus karena seringkali pesepeda harus berhenti tiba-tiba. Apa jadinya bila pesepeda tidak sempat melepaskannya? Beberapa peserta Jelajah Sepeda Papua menyebutnya sebagai “jatuh bego.”

Mengapa bego? Menurut Maharani, salah seorang peserta yang belum "pede" mengenakan cleat, disebut jatuh bego karena orang itu akan jatuh dengan kaki masih menempel di pedal, sehingga jatuhnya pun terlihat lucu.  “Aku males kalau belum terbiasa, nanti jatuh bego lagi,” ujarnya.

Namun diungkapkan peserta lain, Wisnu Hardana, pengguna awal yang mengalami jatuh bego adalah fenomena lumrah. “Kalau belum terbiasa, kita tidak sempat melepaskan dan refleks kita belum terbiasa menggeser kaki ke samping. Itu hal yang lumrah dialami pesepeda,” ujarnya.

Soal pengalaman jatuh bego ini, akhirnya saya mengalami sendiri pada acara Jelajah sepeda Papua yang diadakan harian Kompas. Pada etape kedua, Kamis (4/6/2014) beberapa jam setelah meninggalkan Bonggo menuju Sentani, rombongan melewati puluhan jembatan rusak. Di salah satu jembatan yang alasnya papan kayu, pesepeda di depan tiba-tiba berhenti. Rupanya ada bagian papan yang berlubang.

Sontak pesepeda lain di belakangnya ikut berhenti. Saya yang telat menyadari apa yang terjadi, tidak sempat membuka cleat. Kaki yang secara otomatis hendak menyangga badan tak bisa lepas dari pedal. Dan benar apa yang dikatakan orang. Saat jatuh itu kita tampak bego. Sadar akan jatuh namun tak bisa melakukan apa-apa.

Untung akibat jatuh tidak parah, hanya sedikit memar karena kaki terantuk kayu. Tapi dengan kejadian itu saya bersyukur karena telah melewati inisiasi bagi pemakai cleat pemula.

Jelajah Sepeda Papua yang diselenggarakan harian Kompas, menempuh jarak sekitar 513 kilometer yang dibagi menjadi lima etape dengan waktu lima hari. Berangkat dari Sarmi, pesepeda akan menuju Bonggo pada etape pertama sejauh 123 kilometer. Di Bonggo para peserta akan bermalam di tenda. Dilanjutkan keesokan harinya, pada etape kedua, peserta gowes dari Bonggo menuju Sentani yang berjarak 147 kilometer.

Etape ketiga menempuh jarak 85 kilometer dari Sentani ke Jayapura, sekaligus berkeliling di kota Jayapura. Etape selanjutnya adalah Jayapura-Merauke-Sota. Pada etape ini pesepeda terbang ke Merauke, lalu dilanjutkan menempuh jarak 80 kilometer ke Sota, wilayah perbatasan Indonesia dengan Papua Nugini.

Pada etape kelima, setelah menginap di tenda, para pesepeda akan menempuh jarak 90 kilometer dari Sota menuju kota Merauke, melewati Taman Nasional Wasur, dan finish di Lapangan Mandala Merauke.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com