Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Aduh Mama", Gowes di Tanjakan Tak Ada Habisnya

Kompas.com - 04/06/2015, 22:58 WIB
Dian Maharani

Penulis

JAYAPURA, KOMPAS.com - Jalur berbukit yang menanjak kemudian menurun atau dikenal dengan rolling seakan tak ada habisnya dari Bonggo, Kabupaten Sarmi menuju Unurum Guay, Kabupaten Jayapura, Papua. Para peserta menjajal jalur-jalur menanjak, salah satunya dinamai "Aduh Mama" yang berada di Kabupaten Jayapura, Papua.

Para peserta Jelajah Sepeda Papua mulai kelelahan pada etape kedua yang dimulai Kamis (4/6/2015) pagi. Apalagi cuaca sangat panas siang itu, mencapai 40 derajat celcius. Peluh bercucuran sangat banyak. Pesepeda terus menegak air minum agar tidak dehidrasi. Setelah menempuh sekitar 40 kilometer (km) atau sebelum waktunya makan siang, sedikitnya tujuh peserta pun dievakuasi. Sepeda mereka dinaikkan ke mobil evakuasi.

"Hampir semua karena kelelahan," ujar tim medis dokter Aryo Pradito.

Pesepeda lainnya melanjutkan perjalanan hingga istirahat dan makan siang. Setelah makan siang, tenaga pun mulai terisi kembali.

Semua bersemangat menjajal tanjakan di depan mata. Saat kontur rolling, pesepeda meluncur kencang di turunan tanpa menekan rem agar bisa terus melaju tanpa harus gowes saat menanjak.

Namun, upaya itu sia-sia karena banyak jembatan mupun jalan rusak saat hendak menanjak. Akhirnya pesepeda harus gowes dari titik awal kontur menanjak. Rombongan mulai banyak yang tercecer.

Lambat laun, jumlah pesepeda makin sedikit. Rupanya pesepeda yang dievakuasi bertambah banyak. Mobil-mobil bak terbuka makin penuh dengan sepeda. Bahkan, para peserta sampai naik bus.

"Mobil penuh semua, jadi naik bus. Mungkin ada sekitar 20 orang," ujar salah satu marshal rombongan sepeda, Donald Wisbar.

Kompas.com/Dian Maharani Peserta Jelajah Sepeda Papua menjajal jalur menanjak yang dinamai "Aduh Mama" di Kabupaten Jayapura, Papua, Kamis (4/6/2015).

Ada yang kelelahan, kram bagian kaki, dan juga ada pesepeda yang tangannya sakit karena terjatuh sehingga tak memungkinkan untuk gowes.

Sisanya yang masih bertahan, berharap dapat mengejar matahari terbenam di Danau Sentani. Perjalanan terus dilanjutkan. Namun, hingga jarum jam menunjukkan pukul 17.30 WIT, jarak tempuh belum mencapai 100 km. Padahal, total jarak etape 2 ini mencapai sekitar 140 km.

Hari sudah mulai gelap. Sempat diusulkan evakuasi hingga Danau Sentani untuk mengejar sunset, kemudian melanjutkan gowes hingga titik finis etape dua. Namun, akhirnya diputuskan untuk gowes malam. Lampu-lampu sepeda pun dinyalakan. Gagal sudah berfoto-foto dengan pemandangan Danau Sentani.

Para srikandi yang melanjutkan gowes masuk dalam barisan depan, tepat di belakang marshal. Dikira sudah tak banyak kontur menanjak sehingga dapat mencapai finis lebih cepat.

Nyatanya, tanjakan cukup tajam dan ada tanjakan panjang yang membuat beberapa peserta menuntun sepedanya. Selain menanjak, banyak pula jalan berlubang.

Jalur yang dilalui pun sangat gelap karena kiri dan kanan hutan. Sesekali ada rumah penduduk. Itu pun gelap karena belum ada listrik.

Road Captain Marta Mufreni memutuskan untuk beristirahat sekaligus regrouping pesepeda saat jarak tempuh mencapai 110 km. Namun, melihat kondisi yang sangat gelap dan banyak menanjak, panitia dan pesepeda akhirnya sepakat untuk dievakuasi sampai ke hotel tempat menginap.

Semua peserta diberangkatkan lebih dulu ke dalam sejumlah mobil dan satu bus. Sementara sepeda dikumpulkan dan dinaikkan ke truk serta mobil box yang saat itu belu tiba di lokasi.

Sepanjang perjalanan di mobil, jalur rolling pun masih banyak ditemui. Sepanjang jalan pun gelap. Sekitar 1,5 jam atau pukul 20.30 WIT, rombongan Jelajah Sepeda Papua akhirnya tiba di hotel di Sentani. Entah, berapa lama jika ditempuh dengan sepeda.

Tiba di hotel, semua langsung lahap menyantap makan malam. Mengumpulkan kembali tenaga untuk gowes di etape ketiga keesokan harinya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com