Adalah Cendy Mirnaz (25) dan Annisa Hendrato (25), dua wisatawan asal Jakarta yang pada awalnya ingin berlibur ke Nusa Tenggara Timur selama 40 hari. Mereka mengawali perjalanan dari Jakarta menuju Surabaya menggunakan kereta api dan melanjutkan penerbangan menuju Lombok menggunakan pesawat terbang. "
"Awalnya kita pengen banget ke Flores. Kita malah dari Jakarta rencana mau ngajar di Soe, Kabupaten Timor Tengah Selatan," kata lulusan jurusan Desain Komunikasi Visual, Universita Bina Nusantara, Cendy kepada KompasTravel beberapa waktu lalu di Jakarta.
Cendy dan Annisa sepakat mengatakan bahwa rencana ini yang mereka usung dari Jakarta adalah tidak diduga. Namun, mereka telah mempersiapkan rencana tersebut dengan membawa perlengkapan seperti kertas lipat, lem, gunting, dan alat-alat lain.
Dari perbincangan di telepon, Annisa dan Cendy bersama Daniel kemudian berkeliling kampung untuk melihat kain-kain tenun. Beruntung adalah teman bagi mereka. "Sebelumnya kita pernah nebeng ke Pelabuhan Sape dari Lombok. Eh sekarang kebetulan ada tamu-tamu dari Jerman mau kunjungan ke Kampung Watu Blapi. Kita bisa lihat upacara adat untuk menyambut tamu," kata Cendy.
Terletak di sebuah pegunungan, 45 menit perjalanan arah timur dari Kota Maumere, dua perempuan tersebut menyaksikan upacara adat penyambutan tamu. Cendy dan Annisa mengaku dapat melihat motif-motif kain tenun ikat dengan warna-warni yang memukau melalui acara tersebut. Sebuah acara yang menurut mereka adalah kesempatan yang langka bagi wisatawan dengan persiapan dana yang minim.
"Daya pikat susunan warna yang konstan dan menggunakan pewarna alam yang alami. Menurut Pak Daniel, ini sintetik. Itu yang membuat kami tertarik," kata Annisa.
"Kita tetap kontak-kontakan dengan Daniel. Nah pas ke Jakarta, kita ketemu lagi di Jakarta Trade Expo tahun 2013, Kemayoran," kata Cendy.
Sebuah acara berbentuk workshop kain tenun ikat digagas oleh kedua gadis bersama Daniel. Dengan bekal kemampuan yang didapatkan dari bangku kuliah, mereka membantu dalam hal pembayaran dan pemanduan. Dengan harapan, ke depannya masyarakat Sikka dapat mandiri untuk mengelola produksi kain tenun ikat.
Mereka mengakui bahwa secara produksi kain tenun ikat Sikka telah cukup baik tapi dalam segi promosi masih kurang baik. Dengan usaha yang mereka bentuk dengan nama Noesa, mereka berusaha membantu Daniel dari Nani House untuk membantu dalam segi pemasaran dan promosi kain tenun ikat hingga saat ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.