Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Om Kim, Murid yang Mengalahkan Guru...

Kompas.com - 11/06/2015, 13:36 WIB
Wisnubrata

Penulis

JAYAPURA, KOMPAS.com -  Hioe Kim Liong alias Om Kim adalah peserta Jelajah Sepeda Papua yang paling fenomenal barangkali. Mengaku mengenal sepeda baru-baru ini dan hanya pernah bersepeda berkeliling kompleknya, pria paruh baya ini ikut gowes sejauh 513 kilometer menjelajahi Papua.

Awalnya para peserta jelajah sempat khawatir Om Kim akan ketinggalan terus saat menjelajahi Papua dengan sepeda. Pasalnya pada saat latihan, Om Kim sering tertinggal jauh di belakang. Bukan itu saja, dua minggu sebelum berangkat ke Papua, saat berlatih di Gunung Bunder, Om Kim bahkan masih kebingungan mengoper gear sepedanya.

“Pada saat menanjak, Om Kim terlihat berat mengayuh sepedanya. Pantas saja, dia tidak oper gigi. Ternyata dia belum tau cara mengoper gigi. Saat diberi tau, dia balik bertanya, yang mana yang dipencet,” ujar seorang pesepeda kawakan yang mendampingi Om Kim.

Cerita lain, seminggu sebelum berangkat, saat berlatih di kilometer 0 Bojong Koneng, Sentul, Om Kim kembali pasrah melawan tanjakan, sementara pesepeda lain sudah beristirahat dan bersiap turun. “Bagaimana nanti di sana ya (Papua). Marshal harus sabar mengawalnya,” ujar seorang peserta.

Sampai di Papua, Om Kim kembali bikin geleng-geleng kepala. Pertama, sepeda yang dia bawa -- menurutnya itu sepeda pinjaman -- adalah sepeda full suspension. Sepeda jenis ini akan berat dikayuh di jalan halus karena selain bobot sepedanya yang berat, juga ada efek bobbing atau naik turun saat digowes.

Kedua, Om Kim mengenakan aksesoris layaknya pesepeda yang akan memasuki track off road, lengkap dengan pelindung siku dan dengkul. Padahal untuk jalanan yang dilalui tim jelajah di Papua, perlengkapan itu sepertinya tidak terlalu perlu dikenakan.

Pada etape pertama yang menempuh jarak 123 kilometer antara Sarmi ke Bonggo, Om Kim juga sempat jatuh terpelanting dari sepeda karena ia berusaha minum sambil bersepeda, namun oleng saat akan mengembalikan botol minuman ke sepedanya. Rupanya ia ingin meniru pesepeda lain yang dengan gampangnya menghapus dahaga sambil gowes.

Dari kejadian itu, para marshal yang mengawal rombongan pesepeda, menaruh perhatian lebih  terhadap Om Kim. Namun anehnya, Om Kim yang diramalkan bakal dievakuasi, ternyata masih terus gowes sampai di Bonggo. Hebatnya lagi, dia bukanlah pesepeda yang berada paling belakang.

“Mungkin rahasianya ada pada celana yang digulung tinggi itu,” kata seorang pesepeda dalam perbincangan penuh canda soal Om Kim. Memang selama bersepeda, Om Kim mengenakan celana selutut yang sisi bagian kiri ditariknya tinggi. Dia juga mengenakan topi rimba lebar di bawah helm sepedanya, sehingga helm itu seolah berada di puncak gunung.

Memasuki etape kedua yang berat, panas, dan penuh tanjakan, Om Kim ternyata makin membuat pesepeda lain terheran-heran. Beberapa kali ia menyalip pesepeda lain di tanjakan. Yang lebih menggelikan, salah satu orang yang disalip adalah “gurunya” yang dahulu mengajarkan mengoper gigi!

“Dia menyalip saya sambil tersenyum,” ujar sang guru, saat berhenti istirahat di daerah Bonggo, Kamis (4/6/2015). Sontak peristiwa itu menjadi bahan candaan. “Bisa-bisa dia nanti dijadikan marshal,” ujar yang lain.

Walau akhirnya harus dievakuasi pada etape ini, namun capaian Om Kim termasuk luar biasa, karena banyak pesepeda berpengalaman lainnya yang dievakuasi terlebih dahulu. Dia pun mendapat banyak pujian, baik langsung maupun di grup WhatsApp.  “Salut buat om Kim, disalip mulu pas tanjakan,” tulis Neng Tya.

Etape-etape selanjutnya dilahap penuh oleh Om Kim. Dan posisinya selalu di tengah, bukan yang paling belakang. Dalam perbincangan di tenda, di wilayah Sota, perbatasan Republik Indonesia dengan Papua Nugini, Om Kim mengaku bahwa dirinya berusaha sekuat mungkin untuk terus bersepeda.

“Setiap kali ketinggalan saat latihan, saya berpikir bagaimana nanti di Papua. Mau berlatih waktunya sudah mepet. Maka saya usahakan mengejar ketertinggalan. Sehari setelah latihan di Bojong Koneng, saya kembali ke sana dan mencoba latihan lagi. Untung sampai saat ini saya masih bisa ikut,” ujarnya, Sabtu (6/6/2015).

Pada etape terakhir, Om Kim masih membuat para peserta lain terkejut dengan pengakuannya. Ia ternyata tidak mengenakan celana sepeda berbantalan selama gowes. Bukan karena sengaja, tapi karena tidak tahu bahwa para pesepeda biasa memakai celana seperti itu. Pantas saja saat dia menggulung celana, tidak terlihat celana sepeda di pahanya. Dalam komentarnya di grup, peserta lain, Melia Suteja menuliskan “Kalo pake celana khusus tambah kuat lagi Om Kim.”

Yang jelas, dengan segala ketidaktahuan dan kurangnya pengalaman, Om Kim membuktikan bahwa tekadnya telah mengalahkan kekhawatiran orang-orang. Maka benarlah kata pepatah; "Your body can stand almost anything. It’s your mind that you have to convince". Tubuh kita bisa menahan hampir semua tantangan. Pikiran kitalah yang harus diyakinkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com