Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kota Sabang, Pariwisata yang Menjanjikan

Kompas.com - 14/06/2015, 16:53 WIB
KOTA Sabang merupakan wilayah kepulauan, dengan Pulau Weh sebagai pulau terbesar. Wilayah ini menawarkan keindahan alam yang masih alami, yakni daratan berupa hutan yang dipenuhi pepohonan dan lautan biru dihiasi terumbu karang dan ikan berwarna-warni. Pesona alam menjadi salah satu senjata kota ini untuk menjadi daerah tujuan wisata.

Namun, infrastruktur yang mendukung sektor pariwisata masih minim. Akses jalan, misalnya, masih terbatas, jalan sempit, jalan tidak memiliki lampu penerangan, akses transportasi masih terbatas, tempat penginapan terbatas, dan sumber air bersih jauh ataupun tidak ada di lokasi wisata ataupun penginapan.

Ibu kota Sabang yang berada di Pulau Weh berjarak sekitar 25 mil laut (sekitar 45 kilometer) ke arah utara dari Banda Aceh. Secara geografis, sebagian besar daratan Sabang bergunung-gunung. Daerah ini dikelilingi lautan Selat Malaka di utara, Sumadra Hindia di selatan, Selat Malaka di timur, dan Samudra Hindia di barat. Pulau Weh dikelilingi sejumlah pulau kecil, yakni Pulau Klah, Pulau Rondo, Pulau Rubiah, dan Pulau Seulako. Jumlah penduduk Kota Sabang sekitar 30.000 orang.

Letak Sabang strategis. Pada masa penjajahan, Belanda ataupun Jepang menjadikan Sabang sebagai lokasi pertahanan. Sejumlah peninggalan bangunan kolonial dan benteng sisa Perang Dunia II banyak terdapat di sana. Sejak zaman Belanda, Sabang menjadi kawasan perdagangan sejak zaman Belanda. Bahkan pada 2000, pemerintah pusat menetapkan Sabang sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas.

Kendati demikian, sektor pariwisata lebih menonjol di Sabang. Terbukti, pendapatan asli daerah (PAD) Sabang pada 2013 yang mencapai Rp 36 miliar, 70 persen dari sektor pariwisata. Total APBD Sabang pada tahun itu sebesar Rp 500 miliar.

Sabang menawarkan sejumlah potensi, seperti pantai berpasir putih dan berlaut biru jernih, danau air tawar bernama Danau Aneuk Laot, pemandian air panas di Gunung Merapi Jaboi, sejumlah benteng sisa Perang Dunia II, dan Tugu Titik 0 Kilometer. Pulau-pulau kecilnya pun menawarkan sejumlah potensi, antara lain memiliki beberapa lokasi snorkling (selam permukaan) dan diving (menyelam) dengan pemandangan bawah laut yang masih alami dihiasi terumbu karang ataupun ikan laut berwarna-warni.

Dengan segala potensi pariwisata tersebut, Sabang pun menjadi tempat tujuan wisata para pelancong lokal ataupun mancanegara. Merujuk data Badan Pusat Statistik Aceh 2013, ada 500.000-1 juta wisatawan yang mengunjungi Sabang per tahun. Jumlah itu mencapai 50 persen dari total jumlah wisatawan yang mengunjungi Aceh per tahun.

Hanya saja, segala potensi itu belum didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai. Paling tidak, hal itu tampak di beberapa tempat di Sabang. Hanya ada satu akses jalan dari pusat kota menuju Titik 0 Kilometer Indonesia yang berjarak sekitar 30 kilometer. Lebar jalan itu hanya 5 meter, dan sebagian besar tidak memiliki lampu penerangan sehingga pada malam hari kawasan itu gelap gulita. Kondisi ini sangat membahayakan karena sebagian jalan itu diapit tebing dan jurang berupa hutan lebat ataupun laut.

Akses terbatas

Akses transportasi untuk ke Sabang masih terbatas. Jadwal pelayaran dari Pelabuhan Ulee Lheue, Banda Aceh, menuju Pelabuhan Balohan, Sabang, hanya empat kali pulang-pergi per hari, yakni kapal cepat 2 kali dan kapal lambat 2 kali.

Penerbangan pesawat dari Bandara Kuala Namu, Deli Serdang (Sumatera Utara)-Bandara Maimun Saleh, Sabang, hanya tiga kali pulang-pergi per minggu, yakni pada Rabu, Jumat, dan Minggu. Penerbangan itu dilayani PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk menggunakan pesawat jenis ATR 72-600 dengan kapasitas penumpang 70 orang.

Pengusaha oleh-oleh khas Sabang Bakpia AG, Marfin Gunawan (58), mengatakan, kondisi ini membuat jumlah kunjungan wisatawan ke Sabang terbatas, terutama ketika cuaca buruk. ”Situasi ini merugikan pelaku usaha karena jumlah pembeli tidak maksimal,” ujarnya, Senin (8/6/2015).

Keberadaan tempat penginapan pun terbatas. Tidak ada hotel berbintang di Sabang. Hanya ada penginapan kelas melati dan bungalo ataupun rumah tinggal milik warga setempat yang disewakan (homestay). Ketika hari libur nasional ataupun akhir pekan, para wisatawan harus bersiap tidak kebagian tempat menginap jika tidak memesan jauh-jauh hari.

”Saya sudah lumrah dengan situasi itu. Saya selalu siap membawa tenda dan sleeping bag (kantung tidur) jika datang ke Sabang saat libur hari raya, Tahun Baru, ataupun akhir pekan,” ucap Andeski (24), wisatawan asal Banda Aceh.

Fasilitas lainnya, seperti sumber air bersih, belum ada di tempat-tempat penginapan ataupun warung makan, terutama di kawasan Iboih dan Titik 0 Kilometer. Para pengusaha penginapan mengeluhkan kondisi itu. Sebab, mereka harus mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli air bersih, yakni Rp 70.000 per ton. ”Adapun kebutuhan air bersih mencapai 1-5 ton per hari,” kata Zulfikar (42), Pemilik Fina Bungalo di Iboih sejak 2008.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Panduan Lengkap ke Desa Wisata Koto Kaciak, Simak Sebelum Datang

Panduan Lengkap ke Desa Wisata Koto Kaciak, Simak Sebelum Datang

Travel Tips
Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

Travel Update
Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

Travel Update
4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

Travel Tips
Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Jalan Jalan
4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

Travel Tips
Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Travel Update
Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Jalan Jalan
Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Jalan Jalan
 7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

Jalan Jalan
5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

Travel Tips
Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Jalan Jalan
Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Travel Update
Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com