Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sore Hari dan Kubah Emas Kala Ramadhan

Kompas.com - 23/06/2015, 17:50 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Penulis

KOMPAS.com - Jam masih menunjukan pukul 14.30 WIB saat saya menelusuri Jalan Meruyung Raya, Depok. Matahari telah bergeser dari titik kulminasi. Kendaraan-kendaraan bermotor masih berlalu lalang cepat seperti memburu waktu untuk tiba di rumah. Di kiri dan kanan jalan, tampak berbeda dari bulan-bulan sebelumnya. Beberapa orang tampak sedang berdiri sedang melihat-lihat jajajan di pinggir jalan.

Mereka adalah orang-orang yang sedang mencari menu untuk berbuka puasa. Sebagian orang lainnya hanya berlalu untuk menunggu waktu magrib sebagai pertanda waktu berakhirnya puasa. Sama seperti saya yang juga sedang menunggu azan dengan bekerja. Datang dari arah Sawangan, di sebelah kanan jalan berdiri sebuah masjid dengan kubah berwarna emas.

Masjid tersebut bernama Masjid Al-Mahri. Namun masyarakat lebih mengenal masjid ini dengan sebutan Masjid Kubah Emas. Pengelola Masjid Dian Al-Mahri, Eko Sukarno mengatakan jika masyarakat yang datang ke sini lebih akrab mengenal sebutan demikian. “Karena warna kubahnya yang emas,” katanya.

Dari pintu masuk yang berada di sebelah barat, kubah-kubah emas masjid nampak menyembul. Jalan menurun saat mulai menelusuri dari pintu masuk. Di kiri dan kanan jalan utama, pohon-pohon seperti jambu, kelengkeng, dan beberapa tanaman hias melengkapi halaman dari masjid yang dibangun pada tahun 1999 ini.

KOMPAS.com/Wahyu Adityo Prodjo Wisatawan menunggu waktu berbuka puasa dengan mengunjungi Masjid Dian Al-Mahri, Meruyung, Kota Depok, Jawa Barat, Senin (22/6/2015). Mengunjungi masjid adalah salah satu pilihan yang dapat dilakukan untuk menunggu waktu berbuka puasa.

Mulai dibuka untuk umum tahun 2006, masjid ini merupakan milik seorang pengusaha asal Serang, Banten, Dian Djurian Maimum Al-Rasyid. Istimewanya, masjid ini menggunakan kubah berlapis emas 24 karat dari Italia. Dengan luas bangunan 8.000 meter persegi, masjid ini berdiri di atas lahan seluas 70 hektar. Ruang utama masjid berukuran sekitar 45 x 57 meter dan mampu menampung 8.000 jemaah.

Senja mulai menghampiri langit di kota yang terkenal dengan buah belimbing ini. Berada di komplek masjid yang berkubah emas ini, udara pelan-pelan mengempaskan rambut. Daun-daun pohon yang tumbuh menghijau di halaman masjid pun tersingkap tertiup angin. Buah-buah dari pohon terlihat malu-malu menampakkan warna yang belum matang. Sementara pohon-pohon palem melambai-lambai serasa mengajak untuk merapat.

Sore ini, tampak beberapa pengunjung berada di lingkungan masjid. Ada yang asyik berfoto ria dengan telepon genggam berlatarkan masjid. Ada yang sedang berjalan kaki ingin meninggalkan masjid. Ada pula yang sedang bersiap-siap untuk memulai ibadah salat yang telah memasuki waktu asar. Mereka tampak sedang menunggu waktu berbuka puasa.

KOMPAS.com/Wahyu Adityo Prodjo Pengunjung sedang

Tiga mahasiswa dari sebuah universitas perguruan tinggi Islam pun datang dari Ciputat untuk menunggu waktu berbuka. Wahdini menceritakan jika ia mengunjungi Masjid Kubah Emas adalah salah satu cara ngabuburit yang berbeda. Menurutnya, kalau masyarakat lain menunggu waktu berbuka hanya dengan mencari menu untuk berbeda. “Kalau berwisata ke masjid, jiwa menjadi tenang,” kata Wahdini.

Dari sisi timur masjid, pemuda-pemuda juga tampak hadir di pelataran. Mereka duduk-duduk santai sambil berbincang-bincang. Beberapa menit kemudian, satu keluarga dengan satu anak laki-laki yang berumur kurang dari 10 tahun pun datang. Mereka duduk di tangga dan melepaskan alas kaki dan ingin melaksanakan ibadah. Selain tujuan ibadah, para pengunjung juga ingin menikmati suasana masjid yang tersohor di Kota Depok ini.

Eko Sukarno atau akrab disapa Pak Karno ini menceritakan sejak awal-awal dibuka masjid ini, banyak pengunjung yang datang untuk mengetahui sejarah di balik keunikan kubah emas ini. Selain itu, lanjutnya, pengunjung juga tentunya datang untuk beribadah. Namun juga tak ayal jika ada yang berfoto-foto. Menurut Pak Karno, hal tersebut diizinkan selama berada di luar bangunan masjid.

KOMPAS.com/Wahyu Adityo Prodjo Warga sedang mencari menu makan untuk berbuka puasa di depan Masjid Dian Al-Mahri, Meruyung, Limo, Kota Depok, Senin, (22/6/2015).

“Kalau di dalam tidak boleh karena mengganggu jemaah yang sedang beribadah,” katanya.

Kubah berwarna emas merupakan daya tarik bagi pengunjung yang datang ke Masjid Dian Al-Mahri. Hal tersebut diakui juga oleh Wahdini maupun Pak Karno sebagai pengelola masjid. Menurut Wahdini, ia bersama teman-teman datang juga untuk melihat arsitektur masjid. Pak Karno juga mengatakan bahwa rombongan-rombongan datang dengan alasan demikian.

Sementara saya hanya dapat berada di sisi luar untuk memotret keindahan eksterior masjid. Larangan untuk mendokumentasikan interior masjid harus dipatuhi. Pak Karno berharap pengunjung yang ngabuburit dapat mengerti alasan tidak diperbolehkan untuk memotret. Namun dengan peraturan tersebut, saya dan pengunjung lain tetap dapat menikmati kemegahan masjid.

Bagi para pengunjung yang ingin berteduh dan sekedar beristirahat, di seberang masjid ada aula yang disediakan. Di sana, pengunjung dapat merebahkan tubuh setelah berkeliling masjid. Selain itu, juga dapat menunggu waktu berbuka puasa. Namun, Pak Karno mengingatkan untuk tetap menjaga kebersihan masjid yang dibuka untuk pengunjung yang ingin ngabuburit.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com