Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Raih Untung dari Pepaya Gunung

Kompas.com - 06/07/2015, 19:03 WIB
CARICA, ikon kuliner Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah, awalnya berkembang alami di Pegunungan Andes, Amerika Selatan. Dibawa pada masa kolonial Belanda menjelang Perang Dunia II, kini pepaya gunung mampu memaniskan kehidupan warga Dieng. Inovasi olahannya memutar roda ekonomi, pun alternatif rupiah kala budidaya kentang kian redup.

Udara dengan temperatur di bawah 15 derajat celsius masih menusuk tulang kala Saroji dan beberapa karyawannya duduk setengah berjongkok di kursi kayu. Bermasker di wajah dan sarung tangan karet, jemari mereka cekatan mengupas satu per satu buah berbentuk miniatur pepaya bangkok itu. Daging buah carica berwarna kekuningan itu akan diolah menjadi manisan.

”Daging carica (karika) harus dicuci tiga kali agar benar-benar bersih dan getahnya hilang. Getahnya bisa membuat gatal,” tutur Saroji, pemilik usaha rumahan oleh-oleh Tri Sakti di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, pertengahan Mei lalu.

Carica (Carica pubescens), bagi Saroji, telah menyelamatkan perekonomian keluarganya dari kebangkrutan. Dia berkisah, medio 1990-an, Sulastri, istrinya, bekerja menjadi peracik resep olahan carica di satu-satunya pabrik pemroduksi carica PT Dieng Jaya. Perusahaan itu juga yang mengenalkan budidaya carica ke masyarakat.

Perusahaan yang juga pengolah jamur terbesar di Dieng sejak 1970 itu mengalami masa jaya pada 1980-an. Namun, sejak 1994 sampai 2002, kondisinya terus merosot. Hingga 2003, perusahaan menghentikan produksi. Ribuan karyawan dirumahkan, termasuk Sulastri.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com