Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Legenda Helaian Rambut yang Berubah Menjadi Batu Raksasa

Kompas.com - 14/07/2015, 05:00 WIB
Sri Noviyanti

Penulis

 

KOMPAS.com – Di wilayah Utara Australia, ada sebuah kawasan bernama Devils Marbles. Ada legenda yang berkembang di sana.

Untuk menemui sang legenda, wisatawan akan lebih mudah mengunjunginya melalui jalur Darwin, Ibu Kota Northern Territory (NT). Dilanjutkan perjalanan sejauh 105 km ke arah Selatan Tennant Creek, wisatawan harus mengikuti jalan setapak yang tersedia. Di sanalah mereka dapat menikmati cerita nenek moyang Suku Aborigin.

Cerita masa lampau itu berkisah mengenai asal-muasal bebatuan granit raksasa yang tersebar di sepanjang lembah lebar nan dangkal, tepatnya di wilayah Suku Warumungu, Kaytetye, Alyawarra, dan Warlpiri. Mereka menyebut Devils Marbles Karlu Karlu, yang secara harfiah diterjemahkan sebagai 'batu-batu bundar raksasa'.

Salah satu legenda yang masih dapat dinikmati adalah kisah pembuatan bebatuan tersebut. Cerita ini dianggap satu-satunya legenda yang boleh diceritakan bebas pada orang-orang non-Aborigin.

Konon, seorang nenek moyang Aborigin bernama Arrange pernah melintasi kawasan ini sambil membuat ikat pinggang dari kumpulan helaian rambut. Benda ini pun menjadi hiasan tradisional dan hanya dikenakan oleh kaum pria Aborigin terpandang.

Saat ia sedang membuat jalinan dengan hati-hati, helaian rambut yang dipilin tak sengaja terjatuh ke tanah. Rambut-rambut inilah yang kemudian berubah menjadi bebatuan raksasa berwarna merah. Di kemudian hari, batu-batu ini dikenal dengan Devils Marbles.

Arrange kemudian pulang ke tempat asalnya, bukit bernama Ayleparrarntenhe. Hingga kini, legenda itu mengatakan bahwa Arrange masih hidup dan kekal abadi.

Ciptaan alam

Berbeda dengan cerita legenda, para peneliti membuktikan bahwa Devils Marbles tercipta karena peristiwa alam. Devils Marbles muncul akibat erosi sepanjang tahun sejak jutaan tahun lalu.

Batuan granit itu timbul bagai pulau di tengah gurun. Ukurannya pun beragam, mulai dari diameter 50 sentimeter sampai enam meter.

Shutterstock Devils Marbles tercipta karena peristiwa alam.


Banyak di antara bebatuan raksasa ini bertumpuk seimbang satu sama lain. Hingga dari kejauhan, tampak menantang daya gravitasi.

Sampai hari ini, erosi di sana menyebabkan perubahan karakter pada bebatuan tersebut dan keretakan. Meski begitu, Suku Aborigin terus menjaganya. Kawasan tersebut bahkan dilindungi oleh Northern Territory Aboriginal Sacred Sites Act.

Menikmati keindahan bebatuan raksasa

Saat ini, banyak wisatawan sengaja berkunjung ke Devils Marbles untuk menikmati keindahan alam sebaran batu-batu raksasa itu. Meski tidak ada jalur perjalanan resmi, Devils Marbles tetap ramai dikunjungi wisatawan, terutama Mei-Oktober. Pasalnya, para penjaga taman menyajikan program acara langsung di tempat ini sebagai bagian dari Territory Parks Alive Program, yaitu program panduan perjalanan gratis.

Shutterstock Saat ini, banyak wisatawan sengaja berkunjung ke Devils Marbles untuk menikmati keindahan alam sebaran batu-batu raksasa itu.

Di Devils Marbles, wisatawan dapat mempelajari bagaimana proses keajaiban geologis itu. Bebatuan dari masa lampau itu terus bertahan hingga kini. Memasuki saat matahari terbit dan terbenam, batu-batu besar ini tampak berkilau dan berubah warna. Saksikan sendiri perubahan warna mulai dari merah muda menjadi merah menyala.

Bila menikmati Devils Marbles saat matahari terbenam, Anda harus bersiap untuk bermalam. Dan satu-satunya rekomendasi akomodasi ialah bumi perkemahan sederhana dengan api unggunnya. Perlu diketahui peserta kemah harus membawa perlengkapan inap, bahan bakar, dan air sendiri.

Penasaran bagaimana rasanya menikmati pemandangan alam dari batu-batu granit besar Devils Marbles? Rancang dan siapkan perjalanan Anda ke Australia bersama Wego untuk mencari harga tiket dan hotel terbaik. Baca juga informasi seputar tujuan-tujuan wisata yang harus Anda kunjungi di sana.

Baca juga: Menguak Kisah Mistis di Tanah Aborigin

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com