Hal ini menjadi salah satu topik pembahasan dalam diskusi "Indonesia Sebagai Pasar Penting Wisata Pesiar: Peluang, Tantangan, dan Tren Konsumen", di Hotel Pullman, Jakarta, Selasa (25/8/2015).
Dalam diskusi yang juga diikuti Johnny Judianto, Cruise Consultant, dan Ika Safitri Nafisah dari Panen Tour, Travalgar, dibahas beberapa masalah yang menjadi kendala wisata pesiar di Indonesia.
1. Kurangnya Dermaga yang Mumpuni
Indonesia sebagai negara kepulauan dinilai masih kurang memiliki dermaga yang layak untuk kapal pesiar. Hingga tahun 2014, Indonesia baru memiliki tiga pelabuhan besar yang memiliki pelayanan untuk pesiar yakni Benoa di Bali, Tanjung Perak di Surabaya, dan Tanjung Emas di Semarang. Beberapa kondisi yang memenuhi kelayakan ini misalnya sistem keamanan yang mumpuni, kerapihan dan penataan yang baik, serta kedalaman air minimal minus 12 meter agar kapal-kapal pesiar besar dapat merapat ke dermaga.
2. Kurangnya Tenaga Ranger dan Guide
Kapal pesiar mengangkut pengunjung dari berbagai negara dalam jumlah yang besar. Satu kapal mampu mengangkut hingga 4.000 orang. Berdasarkan pengalaman Farriek, Indonesia masih kekurangan tenaga ranger dan guide untuk melayani pengunjung dengan kapasitas sebesar ini. Belum lagi kemampuan bahasa atau bilingualnya belum mumpuni.
3. Sarana Transportasi dan Lalu Lintas
Farriek menjelaskan biasanya kapal pesiar tak pernah menginap di pelabuhan. “Biasanya pagi kita datang, malam kita berangkat lagi,” katanya.
Artinya, dalam satu kali berlabuh penumpang hanya memiliki waktu dari pagi hingga malam untuk menjelajah kota atau destinasi wisata terdekat. Untuk bisa memenuhi kebutuhan ini, sarana transportasi dan lalu lintas yang baik sangat diperlukan.
“Kalau kita turun terus langsung bisa naik MRT misalnya, kan enak, bisa langsung ke pusat kota,” ujarnya.
Farriek mencontohkan Jakarta. Menurutnya untuk sekarang Pelabuhan Tanjung Priok masih sulit dijadikan destinasi, karena kondisi Jakarta yang macet.
“Kita tahu Jakarta dikenalnya apa? Sekarang saya mau bawa penumpang ke Taman Mini atau Ancol saja bisa makan waktu berapa jam. Kalau kita mau pakai foorijder, penumpang merasa tidak nyaman,” paparnya.
Hal-hal sesederhana seperti keberadaan toilet dan penjual air dalam kemasan sangat penting. Kenyamanan toilet misalnya membuat turis merasa tenang.
Belakangan potensi wisata kapal pesiar di wilayah Asia sedang meningkat pesat. Menurut Farriek, Potensi yang dimiliki negara-negara di Asia sebagai wisata kapal pesiar bahkan mampu mengalahkan Wilayah Karibia. Beberapa hal yang membuat wisata di Asia termasuk Indonesia mengungguli Karibia di antaranya iklim tropis, negara kepulauan, pantai yang bersih, kaya budaya, dan wisata belanja.
Tahun 2014 tercatat 126 kunjungan kapal pesiar ke Indonesia. Dari tiga pelabuhan yang ada, Pelabuhan Benoa di Bali menjadi yang paling sering didatangi kapal pesiar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.