"Kita (industri pariwisata) harus bisa menyesuaikan dengan generasi ini," kata Andrew Phua, Director Exhibitions and Conferences Singapore Tourism Board (STB).
Andrew menjelaskan budaya generasi milenial sekarang sudah terpusat pada gadget dan online. Hal yang paling tinggi penggunaannya ialah handphone. Di Indonesia misalnya, wisatawan sudah banyak menggunakan gadget dan internet untuk mencari keterangan perihal hotel. Sebagian besar menggunakan handphone, meskipun dalam proses transaksinya masih banyak yang manual.
"Sebanyak 83 persen mereka pakai internet untuk cari hotel, 76 persen mengakses internet itu dari HP, tapi yang melakukan seluruh proses secara online baru 28 persen," jelasnya.
Hal ini dibenarkan Gaery Undarsa, Managing Director dan Co-Founder Tiket.com. Menurut Gaery masyarakat sekarang sudah jarang sekali datang ke hotel-hotel untuk survei atau tanya harga.
"Kita sudah tidak melihat lagi orang yang datang ke hotel untuk survei. Mereka cari itu semua dari internet," jelasnya.
Urutan penggunaan gadget masyarakat Indonesia berdasarkan data dari Kim ialah smartphone, PC, baru ke tablet. Masyarakat cenderung mengakses informasi pertama menggunakan smartphonenya, baik itu menggunakan internet atau menghubungi sumber informasi, setelah itu diperdalam di PC.
Sementara itu selain gadget dan internet, Kim juga memberikan data efektivitas 'word of mouth' pada generasi milenial. Artinya orang banyak yang tergerak karena 'kata orang'. Hanya saja sekarang trennya 'kata orang' sudah bukan berbentuk obrolan verbal lagi, melainkan melalui review dan forum-forum diskusi di internet.
Untuk menjawab tantangan ini, Gaery menyarankan industri wisata untuk mulai mengembangan apps dan mobile web. "Kita (Tiket.com) sendiri adalah industri yang muncul dari tren ini ya," katanya.
Untuk mobile web, semua industri perlu memiliki, karena ini akan jadi sumber informasi utama terkait produk wisata yang akan ditawarkan. Sementara untuk apps sendiri, tak semua hal perlu memilikinya. Menurutnya, hal yang bijak ialah melakukan kerjasama.
"Kalau kita cuma punya satu hotel misalnya, untuk apa bikin apps, saya rasa jarang orang mau download apps hanya untuk satu produk, apalagi pengelolaan apps sulit. Lebih baik kerja sama, misalnya dengan tiket.com," terangnya disambut tawa peserta.
Topik tren pariwisata dan penyesuaian yang perlu dilakukan ini akan diperdalam kemudian di acara Web In Travel (WIT), TravelRave 2015.
WIT nanti mengambil tema "reboot", yakni proses pembaruan industri penggerak pariwisata. Tema ini diangkat untuk meningkatkan kesadaran bagi para penggerak industri pariwisata bahwa perlu ada pembaruan agar dapat menjangkau Asia Millennial Travelers (AMT), atau generasi milenial yang akan menjadi pasar utama wisata dunia beberapa tahun mendatang.
TravelRave 2015 akan digelar 19-23 Oktober 2015 di Singapura. Festival ini mempertemukan para penggerak bisnis dan profesional dalam industri pariwisata untuk membangun jaringan, berbagi pengetahuan dan wawasan, serta menemukan peluang bisnis baru di industri pariwisata Asia. Tahun ini menjadi kali keenam acara ini diadakan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.