Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengajak Turis ke Indonesia

Kompas.com - 09/09/2015, 16:41 WIB
SEBANYAK 100 perusahaan yang bergerak di bidang kepariwisataan Indonesia hadir dalam pameran tahunan MATTA Fair 2015 di Kuala Lumpur, Malaysia, 4-6 September lalu. Mereka terdiri atas perusahaan yang tersebar di 12 provinsi Indonesia dan berupaya keras mengajak wisatawan asing berkunjung ke Indonesia.

"Ayo… Solo… Solo, wonderful Indonesia… Please, come on!" kata Yuliastuti Kartika Sari, General Manager PT Bimo Aryo Tedjo Solo, kepada ribuan pengunjung sambil memegang belasan lembar pamflet dan stiker yang mempromosikan keindahan dan keunikan Kota Solo pada pameran tahunan MATTA Fair, Jumat (4/9/2015).

Setiap pengunjung diberikan pamflet, peta, dan stiker tentang sejarah, budaya, kesenian, dan kerajinan khas Solo. Misalnya, Keraton Kasunanan Surakarta yang dibangun tahun 1745 oleh Paku Buwono II; Pura Mangkunegaran sebagai istana kediaman Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara, berdiri 1757; pasar Triwindu Antique Market, Balekambang Park, Wayang Orang Sriwedari, Kethoprak, Wuryaningratan Batik Gallery, dan museum Sangiran.

Pengamatan di Kuala Lumpur, Jumat (4/9/2015), sejajar dengan stan Yuliastuti, terdapat stan dari Lombok yang dijaga Nur Amila. Amila pun tidak kalah semangat. Dia terus menyapa setiap pengunjung yang melintasi lorong antara booth Indonesia dan booth Thailand. Dengan senyuman yang ramah dan menggoda, dia mengayunkan tangan sambil memegang belasan pamflet dan stiker tentang keunikan Nusa Tenggara Barat (NTB), dan memberikannya secara gratis kepada para pengunjung.

Kegiatan yang disponsori Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif itu memanfaatkan momen ”Malaysian Association Of Tour and Travel Agents (MATTA) Fair 2015 yang berlangsung 4-6 September di Putra World Trade Centre, Kuala Lumpur. MATTA sama dengan Asita di Indonesia, tetapi aktivitas MATTA jauh lebih populer dibanding Asita.

Stan Indonesia dari 12 provinsi itu mengambil posisi sejajar dari selatan ke utara dengan lebar sekitar 6 meter dan panjang sekitar 20 meter. Stan paling ujung selatan ditempati Solo dan NTB, sementara stan paling ujung utara ditempati Medan dan Bali. Penjaga stan Medan, Surya Salim (60), sangat antusias memperkenalkan keindahan Danau Toba, rumah adat Tapanuli, dan berbagai keunikan Sumatera Utara kepada pengunjung.

Stan Bali paling banyak diminati. Setiap pengunjung membutuhkan waktu sampai 30 menit untuk mendapatkan informasi tentang Bali. Bahkan, sebagian pengunjung kaget ketika mendengar Bali ada di Indonesia. Lalu mereka sontak bertanya tentang pantai Kuta kepada Ni Ketut Ardina yang menjaga stan itu.

Antara stan Medan dan Bali terdapat stan khusus yang memperkenalkan kopi luwak dan kopi torabica. Para pengunjung pun diberi kesempatan meneguk kopi itu secara gratis, termasuk mendapatkan kartu sim Telkomsel yang menggunakan nomor ganda, untuk Indonesia dan Malaysia. Satu kartu sim As Telkomsel ini didesain sedemikian rupa sehingga ketika pengguna berada di Indonesia, pada kartu itu dengan sendirinya keluar nomor Indonesia. Sementara saat berada di Malaysia, nomor Malaysia ditampilkan, masing-masing dengan pengisian pulsa sesuai yang berlaku di dua negara itu.

Setiap stan lebih suka menggunakan nama yang sudah populer di luar negeri, seperti Bali, Medan, Lombok, Bandung, Yogyakarta, Padang, Raja Ampat, Bunaken, dan Solo. Nama-nama ini sudah familiar di luar negeri dibanding Denpasar, NTB, Papua, atau Sumatera Utara.

Pada pintu masuk yang berhadapan dengan bagian depan stan Indonesia ditampilkan alat musik sasando dari Rote Ndao. Ivan Pah didampingi seorang pemain biola dari Jakarta tampil menghipnotis pengunjung dengan alat musik sasandonya. Ia memainkan belasan lagu dengan irama yang memesona penonton. Pada stan itu, pengunjung berjubelan mengambil foto Ivan dengan sasandonya, dengan latar belakang gambar binatang komodo yang ada di Labuan Bajo.

Di samping sasando, terdapat stan pojok spa dan pijat tradisional khas Indonesia yang diwakili spa dan pijat tradisional sunda. Seorang perempuan pemijat dengan pakaian tradisional sunda, dengan senyum ramah, berdiri di samping stan itu sambil menyapa pengunjung dan menawarkan pijatan. Beberapa pria bergantian mencoba merasakan pijatan perempuan muda itu sambil berbincang dan saling melempar senyuman.

Dari 12 provinsi peserta pameran itu, Bali menghadirkan 12 pelaku wisata; Jawa Barat, DI Yogyakarta, dan Sumatera Utara masing-masing 10 pelaku wisata; Raja Ampat 2 pelaku wisata; dan NTB 1 pelaku wisata. Setiap pelaku wisata menampilkan keunggulan yang berbeda, memperlihatkan kekayaan obyek wisata di daerah itu.

Pengunjung yang langsung membeli paket wisata dari biro perjalanan (travel agent) lokal diberi kesempatan menukarkan hadiah langsung di Paviliun Indonesia. Agen travel lokal tetap bekerja sama dengan agen travel yang hadir menawarkan paket- paket wisata pada pameran itu.

Pada pembukaan Matta Fair itu ditampilkan tarian Indonesia, yakni Panyoet Rato Meutatoh, Piasan Raya, dan Marhaban dari Aceh; tari piring dari Minangkabau, Rara Ngigel dari Solo, dan seni Melayu dari Riau.

KOMPAS/KORNELIS KEWA AMA Kuliner Bumbu Desa asal Sunda, Indonesia, yang diminati masyarakat Malaysia.
Destinasi menarik

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com