Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serunya Blusukan ke Hutan demi Madu Pahit Asli Pelawan

Kompas.com - 12/09/2015, 11:37 WIB
Mentari Chairunisa

Penulis

PANGKALPINANG, KOMPAS.com – Menjadi hal yang lumrah bila madu memberikan rasa manis ketika menyentuh indra pengecap. Namun, bagaimana bila madu justru meninggalkan rasa pahit saat dikonsumsi?

Di Desa Namang, Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Bangka Belitung, madu pahit bukanlah menjadi hal yang asing. Madu-madu tersebut dihasilkan dari kawanan lebah liar Avis dorsata yang menyedot sari bunga pelawan.

Uniknya, pelawan merupakan pohon endemik dari Desa Namang. Dari pohon berbatang merah tersebut muncul produk-produk baru, mulai dari madu pahit hingga jamur pelawan.

Penasaran ingin melihat langsung pohon pelawan beserta sarang lebah penghasil madu pelawan? Kawasan Hutan Pelawan yang terletak di Desa Namang, sekitar 40 menit dari Bandar Udara Depati Amir, cocok untuk jadi alternatif liburan Anda kala mengunjungi Kepulauan Bangka Belitung.

Secara keseluruhan, Hutan Pelawan memiliki luas sekitar 300 hektare. Luas ini terus berkembang seiring berjalannya waktu. Padahal ketika pada mulanya berdiri, Hutan Pelawan hanya memiliki luas sekitar 50 hektare.

Dalam kawasan yang dicanangkan sebagai kawasan hutan lindung ini, pengunjung bisa melihat langsung sarang lebah penghasil madu pelawan. Sarang tersebut merupakan sarang buatan yang biasa disebut sunggau.

Sunggau mulanya hanya sebuah batang kayu yang dimiringkan sekitar 70 derajat guna menjadi tempat hinggap para lebah. Membuat sunggau pun tak semudah yang dibayangkan.

KOMPAS.com/Mentari Chairunisa Sunggau atau sarang lebah yang ada di Hutan Pelawan
Mulanya, para petani lebah harus mencari jalur terbang para lebah. Sunggau yang dibuat di luar jalur lebah tidak akan disinggahi para lebah.

Golok yang digunakan untuk membuat sunggau pun harus terjaga dengan baik. Golok tersebut tidak boleh digunakan untuk memotong rempah-rempah dan juga tidak boleh terkena oleh kulit manusia.

"Golok tidak boleh kena badan kita, sama rempah juga, itu nanti lebahnya enggak mau karena rasa kayunya beda," ujar salah satu petugas Hutan Pelawan, Zainudin.

Lebah-lebah tersebut biasanya menetap sembari membuat sarang selama 3-4 bulan sebelum akhirnya bisa dipanen. Lamanya waktu bergantung pada banyaknya bunga yang ada di sekitar sunggau. Zainudin mengatakan satu sunggau bisa menghasilkan hingga 12 botol madu.

Madu pahit dianggap memiliki beragam manfaat untuk tubuh, seperti untuk pengobatan diabetes, kanker, anti tumor, jantung, dan juga maag. Masyarakat Bangka Belitung juga menggubakan madu pelawan untuk menyembuhkan luka bakar, obat batuk, serta media terapi kesehatan seperti patah tulang dan kelumpuhan.

Selain menghisap sari bunga pelawan dan menghasilkan madu pahit, lebah-lebah luar ini juga menghisap jenis bunga lainnya, seperti leting, rempodong, ulas, dan juga kabal. Rasa madu yang dihasilkan pun berbeda yakni cenderung manis layaknya madu pada umumnya.

Puas melihat sunggau lebah, pengunjung juga bisa melihat tempat tumbuhnya jamur pelawan. Jamur pelawan.

"Waktu itu ada yang meneliti dan mereka bilang ini endemik dari sini," kata Kepala Desa Namang yang juga menjadi Ketua Taman Keanekaragaman Hayati, Zaiwan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com