Pagi itu, di sela bekapan kabut asap, puluhan warga memadati obyek wisata itu. Letaknya sekitar 300 meter arah Utara, Kota Lhokseumawe. Di situ, semilir angin dan rinai hujan tak menyurutkan semangat warga untuk bermandi ria. Debur ombak perlahan menyapu pesisir pantai. Beberapa bocah kecil berlarian dikejar ombak.
Sepanjang pantai berjejer warung-warung kecil yang menyediakan tempat duduk, rujak khas Aceh, aneka minuman ringan dan tentu kelapa muda segar.
Salah seorang pedagang rujak, Mariani kepada KompasTravel, Minggu (20/9/2015), menyebutkan untuk rujak mereka menjual seharga Rp 10.000 per piring kecil, sedangkan kelapa muda seharga Rp 7.000.
Sementara untuk menaiki banana boat dikenakan biaya sebesar Rp 10.000 per orang selama 10-15 menit membelah ombak perairan Selat Malaka. Sesekali terdengar jeritan dari pengunjung ketika banana boat memutar arah dan melawan ombak.
“Sekitar tahun 80-an pantai ini lebih indah. Panjang pantai sekitar dua atau tiga kilometer. Masih banyak bakau dan pohon kelapa yang tumbuh. Kini akibat abrasi, semua tumbuhan itu berubah menjadi laut,” kata Mariani.
Meski Ujong Blang tak seindah dulu, pesonanya masih menarik perhatian warga. Saban sore, warga menyaksikan matahari tenggelam sembari duduk bersantai di atas tanggul penahan abrasi pantai.
Kaum tua dan muda menyemut di bibir pantai itu. Menikmati keindahan pesona alam yang membentang. Kini, meski kabut asap melanda kota itu, pesona Ujong Blang tetap tak terkalahkan oleh bencana alam itu.
Jika Anda ke Lhokseumawe, maka lengkapilah kunjungan Anda ke obyek wisata Ujong Blang. Sialakan nikmati pedasnya rujak di tengah sepoi angin yang menyapu wajah. Selamat menikmati.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.