Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ngarot, Kegelisahan Jelang Musim Tanam

Kompas.com - 29/11/2015, 15:04 WIB
HARI Rabu (25/11/2015) menjadi hari yang istimewa bagi masyarakat Desa Lelea, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Ribuan orang, dari luar desa bahkan luar kabupaten, berbondong-bondong memadati Lelea sejak pagi. Hari itu menjadi awal menyambut musim tanam padi, yang dirayakan warga desa dengan upacara ngarot.

Upacara ngarot diwarnai arak-arakan hampir 100 remaja perempuan Lelea yang dianggap masih perawan, dengan berjalan kaki berkeliling desa. Mengenakan kebaya merah jambu, selendang, riasan, juga mahkota bunga, remaja perempuan tersebut seperti primadona. Mereka dikawal ketat, tidak hanya oleh keluarga, tetapi juga sejumlah warga desa. Jepretan kamera seakan tak henti menangkap wajah ayu mereka.

Saat arak-arakan berlangsung, beberapa warga tengah menjemur nasi aking (nasi basi yang dikeringkan). ”Sekarang, sawah lagi puso (gagal panen). Lumayan, nasi aking bisa dijual,” kata Kumaedi (33), warga setempat.

Beberapa pengemis dan pengamen juga tak luput dari mata, ketika arak-arakan melalui jalanan yang di samping kanan dan kiri membentang puluhan hektar sawah kering kerontang. Umbul-umbul bendera Merah Putih dan bendera sejumlah partai politik, juga mengambil tempat di pohon-pohon yang rindang.

Di antara tawa canda saat upacara berlangsung, Kalyubi (72) duduk di teras rumahnya, menyendiri. Ia tampak gelisah saat ditanya persiapan menyambut musim tanam. ”Lima hektar sawah saya puso, gagal panen,” kata petani ini,” katanya.

KOMPAS/ABDULLAH FIKRI ASHRI Suasana upacara ngarot, tradisi menjelang musim tanam, di Desa Lelea, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Rabu (25/11/2015). Ribuan orang memadati desa itu untuk menyaksikan tradisi yang telah berlangsung sejak abad ke-16 Masehi itu.
Seharusnya, ia mampu meraup sekitar 35 ton saat musim tanam kedua ini (gadu), yakni April-September lalu. Namun, kemarau berkepanjangan mengubur harapannya. Sumber air di hulu Sungai Cimanuk tak lagi leluasa mengalirkan air ke sawahnya. Modal sedikitnya Rp 2,5 juta per hektar dikeluarkan antara lain untuk membeli benih dan pupuk sebelum dan selama menanam padi.

Beruntung ia masih memiliki sedikit simpanan hasil panen awal tahun (musim tanam rendeng) sehingga membantu mencukupi kebutuhan hidup keluarganya selama beberapa bulan terakhir. ”Uang kiriman untuk kuliah anak dikurangi. Saya bilang, jangan boros-boros, sawah lagi puso,” ujar bapak dua anak itu.

Berbeda dengan Kalyubi, Denuri (37) tampak antusias mengikutkan anaknya, Salsa Nirmala (12), di upacara ngarot. Bahkan, ia rela menyisihkan sekitar Rp 270.000 untuk menyiapkan pakaian ngarot bagi Salsa. Uang itu memang bukan hasil keringat Denuri, melainkan kiriman Tayem (35), ibu kandung Salsa yang menjadi tenaga kerja di Taiwan.

Beberapa bulan terakhir, akibat kekeringan, Denuri yang juga buruh tani tak lagi menggarap sawah. ”Ya, kadang jadi tukang becak, kadang menganggur. Enggak ada pilihan pekerjaan lain di sini,” ujar Denuri, sembari mengisap sebatang rokok yang dibungkus gambar salah satu pasangan calon Pilkada Indramayu.

Keluarganya hanya sebagian dari 1.690 keluarga atau 4.200 jiwa di Lelea yang terdampak puso. Beruntung istrinya mengirim uang sekitar Rp 2 juta per bulan untuk memenuhi kebutuhan hidup Denuri beserta dua anaknya. ”Lagi ada utang juga Rp 1 juta sama tetangga. Semoga, nanti sawah bisa panen sehingga bisa lunasin utang,” katanya.

KOMPAS/ABDULLAH FIKRI ASHRI Gadis-gadis berpakaian kebaya dengan hiasan bunga warna-warni di kepala bersiap mengikuti upacara ngarot di Desa Lelea, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Rabu (25/11/2015).
”Anak saya harus tetap ikut ngarot. Ini sudah tradisi turun-temurun dan untuk berdoa agar puso tidak terjadi lagi pada musim tanam berikutnya,” ungkat Denuri, soal alasannya mengikutkan Salsa yang telah ikut hampir setiap tahun.

Tradisi

Ngarot identik dengan anak muda. Inti upacara itu adalah saat pejabat kuwu (kepala desa) memberikan, antara lain, benih, perkakas untuk menanam, dan pupuk kepada anak muda. Dahulu, dalam tradisi yang dimulai sejak abad ke-16 Masehi, perempuan menabur benih di sawah dan laki-laki mencangkul, pertanda musim tanam dimulai, serta penyemangat bagi petani.

Upacara ngarot, menurut Kuwu Desa Lelea, Raidi, dicetuskan oleh Mbah Buyut Kapol, seorang petani yang kala itu memiliki banyak lahan seluas 2,6 hektar. Produksi padinya selalu berlebih karena dibantu oleh anak muda yang kala itu tak meminta bayaran.

Sebagai tanda terima kasih, Kapol yang juga pernah menjadi kuwu menyuguhkan berbagai minuman, seperti bajjigur dan wedang, sebelum masa tanam datang. Oleh karena itu, acara tersebut dinamai ngarot atau dalam bahasa Sunda artinya minum-minum.

Hingga kini, sawah milik Kapol itu diwariskan turun-temurun kepada kuwu yang menjabat. Hasil garapan lahan ditujukan untuk membiayai upacara adat, seperti ngarot. Sayang, separuh sawah Mbah Kapol atau 1,3 hektar kali ini gagal panen.

KOMPAS/ABDULLAH FIKRI ASHRI Seorang gadis didandani untuk mengikuti upacara ngarot di Desa Lelea, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Rabu (25/11/2015).
Jumlah itu bagian kecil sekitar 370 hektar tanaman padi Lelea, yang ikut merasakan kemarau panjang. Tahun lalu, musim tanam dimulai Oktober.

Lelea tidak sendiri terdampak puso. Indramayu menjadi daerah yang paling luas gagal panen di Jabar. Sekitar 17.000 hektar tanaman padi di kabupaten penghasil beras itu gagal panen.

“Semoga dengan dilestarikannya tradisi Ngarot, masyarakat tetap bisa hidup dari panen sawah,” kata Raidi. (Abdullah Fikri Ashri)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

5 Wisata di Singkawang, Kalimantan Barat, Ada yang Gratis

5 Wisata di Singkawang, Kalimantan Barat, Ada yang Gratis

Jalan Jalan
Tren Fitur Sandaran Kursi Pesawat Kelas Ekonomi di AS Akan Dihilangkan

Tren Fitur Sandaran Kursi Pesawat Kelas Ekonomi di AS Akan Dihilangkan

Travel Update
3 Rekomendasi Kafe Kucing di Bandung

3 Rekomendasi Kafe Kucing di Bandung

Jalan Jalan
Wahana dan Kolam Renang di Kampoeng Kaliboto Waterboom Karanganyar

Wahana dan Kolam Renang di Kampoeng Kaliboto Waterboom Karanganyar

Jalan Jalan
Gunung Ruang Meletus, AirAsia Batalkan Penerbangan ke Kota Kinabalu

Gunung Ruang Meletus, AirAsia Batalkan Penerbangan ke Kota Kinabalu

Travel Update
Kampoeng Kaliboto Waterboom: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Kampoeng Kaliboto Waterboom: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Jalan Jalan
Aktivitas Wisata di The Nice Garden Serpong

Aktivitas Wisata di The Nice Garden Serpong

Jalan Jalan
Delegasi Dialog Tingkat Tinggi dari China Akan Berwisata ke Pulau Padar Labuan Bajo

Delegasi Dialog Tingkat Tinggi dari China Akan Berwisata ke Pulau Padar Labuan Bajo

Travel Update
The Nice Garden Serpong: Tiket Masuk, Jam Buka, dan Lokasi

The Nice Garden Serpong: Tiket Masuk, Jam Buka, dan Lokasi

Jalan Jalan
Cara ke Sukabumi dari Bandung Naik Kendaraan Umum dan Travel

Cara ke Sukabumi dari Bandung Naik Kendaraan Umum dan Travel

Travel Tips
Pengembangan Bakauheni Harbour City di Lampung, Tempat Wisata Dekat Pelabuhan

Pengembangan Bakauheni Harbour City di Lampung, Tempat Wisata Dekat Pelabuhan

Travel Update
Asita Run 2024 Digelar di Bali Pekan Ini, Terbuka untuk Turis Asing

Asita Run 2024 Digelar di Bali Pekan Ini, Terbuka untuk Turis Asing

Travel Update
13 Telur Komodo Menetas di Pulau Rinca TN Komodo pada Awal 2024

13 Telur Komodo Menetas di Pulau Rinca TN Komodo pada Awal 2024

Travel Update
Tanggapan Kemenparekraf soal Jam Kerja 'Overtime' Sopir Bus Pariwisata

Tanggapan Kemenparekraf soal Jam Kerja "Overtime" Sopir Bus Pariwisata

Travel Update
Tip Jalan-jalan Jenius ke Luar Negeri, Tukar Mata Uang Asing 24/7 Langsung dari Aplikasi

Tip Jalan-jalan Jenius ke Luar Negeri, Tukar Mata Uang Asing 24/7 Langsung dari Aplikasi

BrandzView
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com