Tahun 2004, terminal bus sudah dipindahkan ke Giwangan, perbatasan Kota Yogyakarta dengan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sejak dikelola PD (Perusahaan Daerah) Jogjatama Vishesha tahun 2012, keberadaan bekas terminal itu makin populer. Beragam kegiatan ekonomi dan sosial dilakukan untuk menarik tamu pengunjung.
Awalnya hanya kios-kios kerajinan, sekarang sudah makin bervariasi. Ada warung kuliner, tempat karaoke, pertunjukan dangdut, museum de mata, de arca, pusat pameran batu mulia, pertokoan, serta event rutin dua kali seminggu latihan burung berkicau dan warung musik Kampayo.
Salah satu tenant (penyewa) yang makin berhasil mengembangkan produk di bekas terminal itu adalah warung musik Kampayo. Setelah melalui perjuangan kemandirian, upaya kampayo (Keluarga Musisi, Penyanyi, dan Artis Panggung Yogyakarta) mulai menampakkan hasil yang positif. Direktur Pemasaran dan Operasional Jogjatama Vishesha Widihasto Wasana Putro mengakui peran signifikan Kampayo.
”Kampayo menghidupkan suasana malam XT. Pengisi acara di Kampayo merupakan band- band yang berkualitas dan punya reputasi bagus di Yogyakarta. Mereka juga ikut membangun brand image XT karena pengunjung yang hadir tak sedikit dari pejabat sipil, militer, tokoh masyarakat, sosialita, dan artis. Bahkan tak jarang mereka ikut nge-jam,” katanya.
Gotong royong
Kampayo berdiri tahun 1998, dengan aktivitas yang masih belum profesional dan akhirnya vakum. Tahun 2010, Kampayo mempunyai panggung musik yang disediakan Hotel Sargede di Jalan Pramuka, Yogyakarta. Setahun berkiprah di Sargede, mereka terpaksa harus pindah mencari tempat.
”Pada Juli 2013, kami memperoleh tempat di salah satu bangunan yang ada di XT Square, namanya Plasa Umar Kayam, ada panggung musik beratap, tetapi yang lain masih terbuka. Warung makanan dan minuman berada di tenda,” ujar Ketua Kampayo Indro Suseno yang akrab dipanggil Kimpling ini, Jumat (20/11), di Yogyakarta.
Para anggota Kampayo sadar, tak selamanya mereka bisa menyandarkan pendapatan dari bermain musik atau pentas. Mereka harus mampu mempunyai penghasilan lain untuk menopang hari tua.
Salah satu jalan untuk merintis usaha yaitu melalui gotong royong sesama anggota Kampayo yang berjumlah sekitar 40 orang. Mereka ada yang bermain musik, penyanyi, penyulap, dan pegiat hiburan lainnya.