Kasi Objek dan Sarana-Prasarana Disbudparpora Kulon Progo, Kuat Tri Utama di Kulon Progo, Selasa, mengatakan saat ini ada lima wisata minat khusus yakni Desa Wisata Jatimulyo, Gua Kiskendo, Ndolan Deso, Kebun Teh Nglinggo dan Kalibiru.
"Wisata minat khusus ini sudah berkembang dan dikelola dengan baik. Hanya saja, obyek wisata minat khusus belum menyumbang retribusi," kata Kuat.
Kuat mengatakan di Jatimulyo, pelaku wisata menawarkan paket susur gua, panjat tebing, kemah, dan pengamatan satwa langka di Menoreh.
Desa Wisata Banjaroya, pelaku wisata mengembangkan agrowisata kebun durian, wisata religi, pertanian, dan petualangan arung jeram Sungai Progo. Begitu juga wisata minat khusus lainnya menawarkan paket wisata yang khas sesuai potensinya.
"Pada akhir pekan, jumlah pengunjung setiap lokasinya mencapai 1.000 orang. Kami mengakui, bisnis pariwisata belum kelihatan meski wisata berkembang pesat," katanya.
Ia mengatakan dua tahun terakhir, di Kabupaten Kulon Progo, khususnya Bukit Menoreh muncul 12 obyek wisata minat khusus. Meski bermunculan, pelaku wisata dan kelompok sadar wisata (pokdarwis) belum mengoptimalkan potensi yang ada.
Ia berharap pokdarwis dan pelaku wisata membuat penawaran paket wisata yang berbeda-beda, sehingga memiliki daya tarik bagi calon wisatawan. Ia mencontohkan obyek wisata air terjun Kedung Pedut sangat bagus dan berkembang pesat. Namun, pelaku wisata atau pokdarwis belum mengemasnya dalam paket wisata.
"Khusus pengelola wisata minat khusus di daerah Bukit Menoreh, kami mohon pokdarwis menawarkan paket wisata yang berbeda," kata dia.
Anggota Komisi IV DPRD Kulon Progo Agung Raharjo meminta pemkab serius mengembangkan dan menggarap potensi wisata yang ada di Kabupaten Kulon Progo, khususnya di kawasan Bukit Menoreh.
Menurut dia, potensi wisata belum digarap secara serius, sehingga berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
"Kami berharap ada upaya serius mengembangkan potensi wisata. Pariwisata yang dikelola secara profesional akan berdampak pada pertumbuhan kegiatan perekonomian masyarakat setempat," katanya. (Antara/Sutarmi)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.