JAKARTA, KOMPAS.com – Seperti telur dan ayam, mana yang lebih dulu ada? Mana yang lebih penting? Budaya yang melahirkan pariwisata atau pariwisata yang mengembangkan budaya?
Pariwisata akan jalan di tempat tanpa adanya industri yang menopangnya. Pariwisata tak ubahnya sepotong kue di etalase. Rasa segurih dan selezat apapun tak akan dibeli orang bila penampilannya biasa saja.
Bayangkan kue yang rasanya sebenarnya biasa saja, hanya terbuat dari adonan tepung terigu dan mentega tetapi dibungkus rapi menarik dengan pita dan ornamen bingkisan warna warni. Dijual di kafe bergengsi. Alhasil, kuenya akan menjadi laris manis walau harganya 2 kali lipat dari harga kue biasa.
Seperti itulah dunia pariwisata. Sebuah industri yang dibungkus dengan budaya, keindahan alam, jasa servis, sampai masalah gengsi. Namun industri ini tidak akan ada tanpa adanya bungkusannya.
Bagi Slamet Rahardjo, melihat dunia pariwisata adalah sebuah refleksi terhadap budaya di Indonesia.
"Kalau pakaian hanya sebagai simbol seperti peragawati menjual baju-baju maka itu hanya pajangan. Sampai mati pun itu pajangan. Itu tempat jualan. Memakai busana harus sesuai jiwanya. Pariwisata Indonesia memang merupakan sesuatu yang refleksi. Berapa kuat mempertahankan kepribadian itu?" katanya.
Slamet mengaku prihatin atas derasnya pengaruh budaya luar di Indonesia. Ia membandingkan dengan beberapa negara lain seperti Jepang, Myanmar, atau Thailand. Mereka tetap bisa mempertahankan budaya lokalnya yang justru menjadi daya tarik pariwisata kelas dunia.
Ke depan, Slamet Rahardjo berharap, pemerintah dan kalangan industri pariwisata mulai kembali menyadari pentingnya pelestarian budaya dan alam sebagai modal utama pariwisata.
“Industri akan mengikut tetapi tidak berarti memiliki," tegasnya.
"Pariwisata itu anak kebudayaan, bukan pariwisata mengasilkan kebudayaan. Pariwisata itu adalah anak kebudayaan," tambahnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.