Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Senja Kala Songket Aceh

Kompas.com - 22/01/2016, 17:20 WIB
KAIN songket Aceh merupakan kain yang sarat makna. Lewat motif-motitnya, kerajinan tangan itu menjelaskan falsafah hidup masyarakat Aceh yang terkenal religius. Kain tersebut pun menjadi bagian sakral dalam acara budaya setempat, seperti pernikahan adat Aceh.

Namun, keberadaan songket Aceh kian terancam seiring minimnya minat generasi muda dan perhatian pemerintah terhadap peninggalan leluhurnya itu.

Sabtu (9/1/2016), Kompas mengunjungi Gampong (Kampung) Siem di Kecamatan Darussalam, Aceh Besar, pusat kerajinan songket Aceh.

Di sana, terdapat Rumoh Teupeuen (Rumah Tenun) milik Nyak Mu alias Mariamu Ali, perajin sekaligus pelestari songket Aceh legendaris yang wafat dalam usia 73 tahun pada 2009.

Nyak Mu memulai usaha tenun songket pada 1973. Ia belajar tenun songket dari neneknya yang juga perajin songket. Rumoh Teupeuen dibangun Dinas Perindustrian Aceh pada 1981.

Gampong Siem berjarak sekitar 15 kilometer (km) ke arah timur dari Banda Aceh. Setiba di Gampong Siem, kondisi tempat kerajinan itu jauh dari ekspektasi. Tempat itu sepi dan sunyi, tidak ada aktivitas apa pun. Pintu tempat itu tertutup rapat.

Dari luar, tempat yang berupa bangunan kayu satu lantai berukuran 10 meter x 4 meter dan tinggi 3 meter itu berdebu dan di sana-sini dindingnya berlubang dimakan rayap. Di sekitarnya, rumput liar tumbuh tak beraturan, tanda sudah lama tak dijamah.

Setelah berulang kali Kompas mengucapkan salam, keluar laki-laki kurus tinggi dari rumah yang berada di depan tempat kerajinan itu. Laki-laki tersebut bernama Aswadi (45), dia adalah anak bungsu dari lima anak Nyak Mu. Dengan ramah, Aswadi menyambut dan mengajak Kompas melihat ke dalam tempat kerajinan itu.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com