Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Walau Jauh dari Kampung Halaman, Budaya Flores Tetap Lestari di Buton

Kompas.com - 25/01/2016, 09:12 WIB
Kontributor Baubau, Defriatno Neke

Penulis

BAUBAU, KOMPAS.com - Suara gendang dan gong terdengar nyaring. Seorang orang lelaki dengan penuh semangat memukul gendang yang terbuat dari kulit hewan. Beberapa pria dan wanita lain terlihat hilir mudik masuk dalam sebuah rumah sambil membawa beras dan telur di tangannya.

Tak lama kemudian, terlihat para wanita separuh baya dengan menggunakan sarung motif dari daerah Nusa Tenggara Timur keluar dari rumah. "Kebetulan ada yang akan menikah esok, jadi kami Kerukunan Keluarga Flores di Buton ini melakukan acara adat Panlala," kata Ketua Adat Flores di Pulau Buton, Rauf Raya (61), Kamis (21/1/2016).

Rauf yang tinggal di Kelurahan Kadolomoko, Kecamatan Kokalukuna, Kota Baubau, Sulawesi Tenggara, ini menambahkan, adat Panlala bertujuan untuk membantu meringankan beban keluarga yang akan melangsungkan pernikahan.

Para keluarga kerukunan flores dengan kompak, masing-masing membawa barang sembako seperti beras, mie, telur, gula, terigu, minyak goreng dan lainnya.

"Kalau di kampung, di Flores, bisa juga ada yang membawa kambing dan lainnya. Adat ini untuk membantu meringankan beban yang punya acara pernikahan. Tapi bukan hanya acara pernikahan saja, orang yang meninggal dunia juga lakukan acara adat ini," tuturnya.

Para wanita dengan menggunakan sarung adat Flores, berdiri berjajar sambil menenteng barang tersebut di atas kepala masing-masing. Tak lama kemudian, para wanita berjalan bersama membentuk barisan panjang dan tidak saling mendahului.

"Barang ini mesti ditenteng di kepala dan tidak boleh saling mendahulu atau berjejer di samping. Harus jalan satu per satu di belakangnya. Ini sudah adat kami harus begitu," ucap Rauf.

Sementara itu, para pria berjalan di paling belakang dari barisan wanita, sambil memegang ayam, dan memikul alat musik tradisional. Iringan tersebut menjadi daya tarik bagi warga sekitar Kota Baubau.

"Walau pun kami jauh dari kampung halaman di Flores, kami terus melastarikan budaya kami, walaupun di kampung orang," tutur Jamaludin, warga Kelurahan Kadolo, Kecamatan Kokalukuna, Kota Baubau, yang juga turunan asli Flores ini.

Jamaludin menambahkan, banyak turunan asli Flores yang sudah menetap di Pulau Buton dan telah melebur dengan budaya adat lain.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com