Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat Tumbuhan Langka, Bengkulu Tempatnya

Kompas.com - 06/02/2016, 18:30 WIB
Muhammad Irzal A

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Banyak tumbuhan-tumbuhan langka di Indonesia yang berasal dari Pulau Sumatera, khusunya hutan di daerah Bengkulu. Di antaranya bunga bangkai dan raflesia arnoldii yang susah payah dikembangkan di berbagai Kebun Raya di Jawa, nyatanya dapat mudah tumbuh di kebun-kebun warga warga Bengkulu.

Banyak turis asing yang penasaran dengan tempat asal bunga-bunga langka tersebut. Seperti yang dikatakan peneliti khusus bunga raflesia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Sofi Mursidawati, saat dijumpai KompasTravel di Pusat Konservasi Kebun Raya Bogor, Rabu (4/2/2016).

“Setiap kita pameran, festival-festival bunga yang kita ikuti di luar maupun dalam negeri selalu mempromosikan daerah asal tanaman-tanaman tersebut, salah satunya Bengkulu. Karena dimanapun diadakannya, wisatawan asing tingkat curiously-nya terhadap bunga langka seperti raflesia dan bunga bangkai sangat sangat tinggi,” ujar Sofi, yang baru selesai menjabat sebagai Humas Kebun Raya Bogor.

Kebun Raya Bogor memiliki koleksi sekitar 10 jenis bunga bangkai dan satu jenis bunga raflesia, yaitu raflesia padma. Meski begitu masih ada jenis-jenis lain yang belum bisa dimiliki, karena kondisi alamnya yang berbeda dari daerah asalnya yaitu Bengkulu.

Salah satunya bunga raflesia arnoldii, yang sejak zaman penjajahan Belanda belum berhasil dikembangbiakan di Kebun Raya Bogor.

Menurut Sofi, banyaknya wisatawan asing yang ingin melihat bunga bangkai dan raflesia di Kebun Raya Bogor terkadang kurang terpuaskan hasratnya. Beberapa penyebabnya ialah waktunya tidak sedang mekar, sedangkan di Kebun Raya Bogor sendiri membutuhkan waktu relatif lama dan tidak menentu, berbeda dengan di habitat aslinya.

Lalu ukurannya yang biasanya lebih kecil dari yang di habitat aslinya, karena sistem penyesuaian dengan alam oleh tanaman sendiri. Juga ingin melihat jenis yang belum ada di Kebun Raya, seperti raflesia arnoldii.

“Ketika turis asing itu ingin mengeksplorasi lebih tentang tanaman tersebut, sering kita arahkan untuk ke Bengkulu. Kita kasih kontak orang sana yang mengelolanya, terlebih jika yang datang peneliti-peneliti dari luar negeri,” tambahnya.

Sofi bercerita ketika tim dari Kebun Raya berangkat ke bengkulu, bunga raflesia arnoldii akan mudah ditemui. Salah satunya di kebun-kebun milik warga.

Sayangnya ketika masyarakat belum mengetahuinya, tanaman tersebut akan dianggap sebagai hama perkebunannya. Karena mayoritas hasil kebun di sana ialah kopi, ketika bunga tersbut mengeluarkan bau bangkainya akan sangat bagi petani kopi.

KOMPAS/ADHITYA RAMADHAN Bunga Rafflesia arnoldii mekar di hutan Cagar Alam Taba Penanjung, Kabupaten Bengkulu Tengah, Bengkulu, Rabu (15/5/2013). Setiap kali ada bunga rafflesia yang mekar di hutan yang dibelah Jalan Raya Bengkulu-Kepahiang itu selalu menarik perhatian wisatawan dan warga yang melintas. Diperlukan upaya perlindungan habitat rafflesia yang serius dari pemerintah agar bunga terbesar di dunia itu tidak punah.
“Sebenarnya ini sangat potensial juga ingin ditata untuk pariwisatanya Bengkulu. Karena tadi, wisatawan dan peneliti-peneliti luar sangat tertarik dengan pohon endemik Bengkulu ini. Kita juga sempat membawa perwakilan negara-negara tetangga untuk memperkenalkan bunga bangkai dan raflesia ke sana, tapi ketika di sana kami malah menemukan bunga bangkai yang telah dipotong,” ujar Sofi.

Dari informasi yang dihimpun, di Kebun Raya Bogor sendiri ketika bunga langka itu mekar, baik bunga bangkai atau raflesia padma, pengunjung dapat mencapai 1.000 orang ketika weekend. Jika hari biasa dan dipublikasikan masif, dapat mencapai 600 pengunjung.

Sofi mencontohkan apresiasi dari warga Korea, saat tim Kebun Raya Bogor berhasil membawa hidup-hidup bunga bangkai dalam acara International Holticulture, di Goyang City, Korea selatan. Terdapat lebih dari 60.000 wisatawan yang datang dan melihat bunga endemik Indonesia tersebut, selama acara berlangsung.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com