Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenaskan, Nasib Bunga Bangkai Pasca-perusakan di Kebun Raya Cibodas

Kompas.com - 07/02/2016, 10:00 WIB
Muhammad Irzal A

Penulis

CIANJUR, KOMPAS.com — Bunga bangkai yang berjenis Amorphopallus titanum menjadi korban penimpukan beberapa pengunjung di Kebun Raya Cibodas (KRC) dan kini nasibnya mengenaskan. Beberapa bagiannya membusuk akibat luka dari lemparan beberapa oknum tersebut, menjalar, dan membentuk belahan di beberapa bagian.

Pengamatan KompasTravel pada Jumat (5/2/2016) saat mengunjungi KRC, tampak banyak potongan bunga yang membusuk sedang diamankan. Pengelola sengaja memotong beberapa bagian bunga karena membusuk yang dikhawatirkan menjalar ke semua bagian bunga.

“Sekarang kami harus memotong bagian-bagian yang sudah membusuk karena luka pelemparan itu membuat belahan dan menjalar ke atas ke bawah. Dugaan kami, bunga ini saat itu berhasil dibuahi sehingga harus kami amankan bibitnya, Jangan sampai ikut membusuk,” ujar Destri, peneliti khusus bunga bangkai di kawasan KRC, saat ditemui KompasTravel di tempat kerjanya, Jumat (5/2/2016) siang.

Ia mengatakan, bunga yang menjadi korban pelemparan tersebut tidak hanya satu, tetapi tiga bahkan lebih. Total terdapat dua pohon yang menjadi korban, dengan jenis yang sama. Satu pohon belum mekar, tetapi terkena di bagian braktea atau pelindung daun sehingga membuat braktea tersebut bolong.

Hal serupa juga terjadi di pohon bunga bangkai lain yang sedang akan mekar sempurna, yaitu bunga yang kini beberapa bagiannya membusuk. Terkena di bagian spadix atau tongkol bunga yang menjulang ke atas. Walaupun terkena di bagian tengahnya, luka belahan itu menjalar ke atas dan ke bawah sehingga patah dan membusuk.

Destri juga menjelaskan, selain spadix, lemparan lain mengenai seludang atau pelindung berbentuk seperti mahkota cantik yang mengundang serangga datang. Bagian ini pun harus diamputasi karena bekas luka lemparan yang membusuk. Dikhawatirkan, jika dibiarkan akan lembab dan terserang jamur.

“Di pohon satu ini yang akan mekar sempurna terkena dua lemparan, di bagian spadix tengah, sama bagian seludang sebagai pelindung seperti mahkota. Keduanya harus dipotong karena ini menjalar ke atas dan ke bawah. Bukan karena ditimpuk langsung potong, tapi lukanya menjalar dengan cepat,” jelasnya sambil menunjukkan belahan luka yang menjalar.

Bunga tersebut sedang dalam fase mekar sempurna sampai sekitar beberapa hari lagi. Namun, kejadian itu membuatnya berhenti mekar, luka, hingga lama-kelamaan patah dan kini membusuk.

“Bunga ini belum mekar secara sempurna, baru satu sampai dua hari mekar, sudah ditimpuk. Padahal, bunga ini termasuk yang terbesar dari yang pernah tumbuh di sini. Mungkin kalau pertumbuhannya tidak terganggu akibat lemparan, tingginya bisa mencapai 3 sampai 3,5 meter,” ujarnya.

Bunga tersebut termasuk salah satu yang terbesar dari semua yang pernah tumbuh di KRC, yaitu berdiameter 122 sentimeter dan memiliki tinggi 2,5 meter sebelum terkena lemparan. Peneliti memprediksi akan terus berkembang hingga dua sampai tiga hari lagi sampai mekar sempurna. Tingginya dapat mencapai 3 sampai 3,5 meter.

Destri menambahkan bahwa bagian spadix atau tongkol tersebut merupakan bagian yang terlihat kokoh, padahal tidak. Di dalamnya terdapat ruang kosong, dilapisi dinding seperti sponge dengan ketebalan 2 sentimeter. Semakin menjulang ke atas, lapisan kulitnya tersebut semakin tipis.

Azis, salah satu pengunjung dari Bogor, mengaku kesal terhadap tindakan oknum tidak bertanggung jawab tersebut. Pasalnya, karena ulah mereka, kini ia hanya bisa melihat bunga langka yang telah terpotong-potong.

“Kesal, kenapa bisa dilemparin, padahal itu tanaman langka yang dilindungi. Jadi saya batal lihat bunganya mekar, padahal jarang-jarang ke sini,” sesalnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com