Hal itu mengemuka dalam Seminar Pesona Wisata Bahari bertema ”Optimalisasi Wisata Bahari sebagai Keunggulan Pariwisata di Indonesia” di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), Sabtu (6/2/2016). Seminar yang diselenggarakan harian Kompas bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata itu juga merupakan rangkaian peringatan Hari Pers Nasional.
Hadir sebagai pembicara, antara lain, Penasihat Kehormatan Kementerian Pariwisata Indroyono Soesilo, Wakil Gubernur NTB Muhammad Amin, Direktur Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai Kementerian Perhubungan Kapten Karolus Sengadji, budayawan Taufik Rahzen, pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram Prayitno Basuki, dan Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah Lombok Utara Ahmad Rifai.
Indroyono mengemukakan, wisata bahari menjadi unggulan dalam destinasi wisata prioritas nasional. Dari 10 destinasi wisata prioritas, tujuh destinasi di antaranya merupakan wisata bahari.
Destinasi itu meliputi Tanjung Kelayang (Bangka Belitung), Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung (Banten), KEK Mandalika (NTB), Komodo (Nusa Tenggara Timur), Wakatobi (Sulawesi Tenggara), dan KEK Pulau Morotai (Maluku Utara).
Wisman yang mendominasi wisata bahari di Indonesia berasal dari Eropa dan Australia. Devisa yang diperoleh dari kapal wisata besar, yakni mencapai 100 dollar AS per orang per hari.
Taufik mengingatkan, potensi wisata bahari Indonesia telah diketahui dunia sejak lampau. Perjalanan laut melintasi Nusantara dilakukan Alfred Russel Wallace pada 1854-1862.
Karolus mengemukakan, pelayanan kapal wisata asing terus diperbaiki dengan layanan satu atap di pelabuhan maksimal satu hari, mencakup proses karantina, kepabeanan, imigrasi, dan pelabuhan. Pintu masuk-keluar kapal wisata asing saat ini tersebar di 18 pelabuhan. Pihaknya mengharapkan kerja sama pemda dengan swasta memperbanyak marina.
Muhammad Amin berkeyakinan, sektor pariwisata bisa menjadi solusi pertumbuhan ekonomi dan menggerakkan industri di tengah melemahnya perdagangan komoditas.
Prayitno Basuki menilai, pengembangan pariwisata yang terkait erat dengan sektor lainnya diyakini mampu menurunkan tingkat kemiskinan masyarakat.
Hal senada dikemukakan Ahmad Rifai yang juga pengelola PT Blue Marlin Dive. Masih banyak pulau kecil di Indonesia yang memiliki potensi wisata yang besar.
Namun, pengembangan pariwisata secara utuh perlu melibatkan masyarakat lokal dengan memberikan akses untuk mengembangkan usaha melalui pelatihan dan sosialisasi. (LKT/RUL/NIK)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.