Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Sang Raja di Taman Narmada Lombok

Kompas.com - 13/02/2016, 09:24 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

"TAMAN Narmada adalah replika dari Gunung Rinjani dibuat oleh Anak Agung Ngurah Ngurah Karangasem karena ia sudah tidak kuat lagi mendaki Rinjani untuk berdoa," jelas Samsuri Rohandi, pemandu wisata Taman Narmada kepada KompasTravel, Minggu (7/2/2016).

Taman Narmada (dibaca Narmade) berada di Desa Lembuak, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Narmada diambil dari nama anak sungai Gangga di India yang berarti mata air atau sumber kehidupan.

Taman seluas hampir 3 hektare tersebut dibangun tahun 1727 sebagai tempat pemujaan dan peristirahatan raja pada musim kemarau. Di taman tersebut juga sering digunakan tempat upacara keagamaan umat Hindu.

Awalnya penduduk asli Pulau Lombok yang beragama Hindu merayakan Upacara Pujawali dengan menaiki Gunung Rinjani serta memberikan sesajian kepada para dewa di puncak Gunung Rinjani.

Upacara Pujawali sendiri merupakan upacara persembahan kepada Ida Bhatara. Karena sudah tua dan tidak sanggup lagi mendaki Gunung Rinjani yang memiliki tinggi 3.726 meter di atas permukaan laut, akhirnya raja membuat replika Gunung Rinjani.

"Untuk larung sesaji tetap dilakukan oleh para abdi di Segara Anakan. Raja cukup berdoa di sini," jelasnya.

Wisatawan cukup membayar Rp 6.000 dan saat pertama kali masuk, wisatawan bisa masuk ke Bale Terang yang berbentuk rumah panggung. Bagian bawah berfungsi sebagai gudang dan bagian atasnya terdapat 3 bagian, dua kamar di ujung utara dan selatan kamar permaisuri asal Bali dan asal Lombok.

Yang membedakan kamar permaisuri tersebut adalah lukisan kera di atas kamar permaisuri asal Bali dan lukisan naga di atas permasuri asal Lombok. Sedangkan di bagian tengah adalah ruang terbuka yang menghadap langsung ke arah timur yaitu arah Meru dan Pura serta pemandian para selir.

"Di sebelah sana ada Telaga Ageng yang menjadi replika Segara Anakan dan tepat di selahnya adalah pemandian raja yang sekarang sudah diubah menjadi kolam renang umum," kata Samsuri sambil menunjuk ke arah kanan.

Tepat di atasnya terdapat Pura Narmada yang bentuknya seperti punden berundak dan menjadi salah satu dari delapan Pura tertua di Pulau Lombok berhadapan langsung dengan Bale Terang.

KOMPAS.COM/IRA RACHMAWATI Pemandian raja di Taman Narmada, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, yang saat ini dijadikan kolam renang umum berdampingan dengan Telaga Seger yang merupakan replika dari Danau Segara Anak yang berada di atas Gunung Rinjani.
Salah satu bagian dari Taman Narmada yang banyak dikunjungi wisatawan adalah Balai Petirtaan yang mata airnya berasal dari Gunung Rinjani dan menjadi tempat pertemuan tiga sumber air yaitu Narmada, Lingsar dan Suranadi.

Untuk masuk ke dalam Balai Petirtaan, wisatawan diharuskan memakan selendang warna kuning. "Airnya dipercaya membuat awet muda. Ada yang digunakan untuk berwudhu, cuci muka dan diminum. Airnya sangat dingin seperti air di dalam lemari es," jelas pemandu sambil mempersilahkan KompasTravel mencoba menyentuh air dalam Balai Petirtaan.

Ia juga menjelaskan perempuan yang sedang datang bulan dilarang masuk karena termasuk kawasan suci. Taman Narmada sendiri sudah dibuka untuk umum dan menjadi tempat rekreasi sejak jaman Belanda dan telah mengalami beberapa kali pemugaran. Taman Narmada ditetapkan sebagai Benda Cagar Budaya berdasarkan UU No.5 Tahun 1992.

Untuk menuju ke Taman Narmada cukup mudah, pengunjung bisa menggunakan ojek atau angkutan kota dari terminal Mandalika Mataram langsung menuju Taman Narmada.

Untuk anda yang berkunjung ke Pulau Lombok, pastikan mendatangi Taman Narmada bukan hanya sekadar jalan-jalan tapi juga mempelajari serakan sejarah tentang raja-raja di taman yang indah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com