Di Indonesia dikenal juga kuliner yang bernama Lontong Cap Go Meh yang sudah jadi trade mark salah satu nama kuliner Nusantara. Apa sebenarnya Cap Go Meh? Kenapa disebut Cap Go Meh?
Lontong Cap Go Meh
Siapa tak kenal “Lontong Capgomeh”? Makanan ini sudah dikenal luas di mana-mana, mulai dari warung pinggir jalan sampai dengan resto bintang lima di exclusive resort place, bahkan sampai di tanah sabrang – Den Haag, juga ada makanan ini.
Potongan lontong yang ‘berkubang’ di kuah opor yang machtig, irisan kecil sambel goreng ati ampela, sayur lodeh dan bertaburkan bubuk kedelai gurih, tidak akan dilupakan para penikmatnya.
Sama juga dengan “Ketupat Lebaran” yang merupakan sajian istimewa kala Lebaran. Potongan ketupat yang disajikan bersama ayam opor, sambel goreng ati ampela, dilengkapi seiris rendang sapi pedas, merupakan hidangan khas umat Islam di Indonesia kala merayakan Hari Raya Idul Fitri – setelah sebulan berpuasa di bulan Ramadhan.
Jelas terlihat kesamaan dua sajian istimewa tersebut, yaitu pasokan karbohidrat yang diwakili lontong dan ketupat – yang notabene sama-sama berbahan beras hanya berbeda cara pembuatan dan pembungkusnya, opor ayam dan sambel goreng. Dengan variasi sayur lodeh, rendang sapi, bubuk kedelai, serundeng dan sebagainya hanyalah pelengkap.
Di masing-masing tempat asal perayaan Cap Go Meh di Tiongkok dan Idul Fitri di Arab, tidak dikenal makanan “Lontong Capgomeh” dan “Ketupat Lebaran”. Bahkan di Tiongkok tidak dikenal nama Cap Go Meh yang berasal dari shí wu yè, (dibaca: se wu ye) atau shí wu míng, (dibaca: se wu ming).
Dua-duanya berbunyi ‘cap go me’ dalam dialek Hokkian. Keduanya berarti malam kelimabelas, hanya berbeda dalam ekspresi? (míng) bentuk lain untuk ekspresi ‘malam’.
Cap Go Meh sendiri sebenarnya adalah penamaan yang salah kaprah yang mungkin sudah beratus tahun sehingga menjadi benar karena tradisi. Sementara di Arab, Idul Fitri tidak dirayakan semeriah di Indonesia dan yang jelas tidak dikenal ketupat lebaran.
Mana yang lebih dulu ‘ditemukan’ oleh para pengolah rasa di Nusantara sudah tidak jelas lagi. Tidak ada referensi satupun yang menyebutkan asal usul dua kuliner dahsyat ini. Kemungkinan besar lontong cap go meh hampir sama tuanya dengan imigran Tionghoa di Nusantara.
Tabrak sana, tabrak sini menggabungkan resep dari negeri asal dengan negeri yang baru, pemaknaan dan penyesuaian lidah, asimilasi dan akulturasi budaya berperan penting dalam keseharian para imigran dan penduduk setempat.
Komunikasi yang paling gampang adalah komunikasi dengan ‘universal language' yaitu bahasa makanan atau urusan mulut dan perut.