Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Manis Pahit Durian Kasembon

Kompas.com - 24/02/2016, 12:37 WIB
LIMA bulan dalam setahun merupakan masa yang ditunggu-tunggu sebagian petani yang bermukim di pegunungan, di sisi barat Kabupaten Malang, Jawa Timur. Saat itu, mereka biasanya ketiban rezeki manis, semanis rasa buahnya, yakni durian.

Pada hari Minggu (14/2/2016) siang, jemari Dian (13) cekatan membuat simpul tali rafia untuk mengikat tiga buah durian berukuran sedang ke rangka sepeda motor pembeli.

Tak lama kemudian lembaran uang senilai Rp 80.000 yang disodorkan pembeli masuk ke sakunya. Bocah lelaki siswa kelas II salah satu SMP di Kecamatan Ngantang itu pun semringah. (Baca: Siap-siap Nikmati Durian "Si Fajar" hingga "Jabrik" di Jakarta)

Dian menjual beberapa ikat durian dengan cara ditumpuk, di tepi jalan utama Batu-Kediri yang berkelok-kelok. Jika beruntung, uang ratusan ribu rupiah bisa ia peroleh dalam sehari.

”Lumayan, buat mengisi libur. Tahun lalu, saya juga berjualan,” ujarnya.

Dian tidak sendiri. Ada belasan pedagang lain yang mencoba peruntungan, baik menjajakan durian di pondok terbuka dari bambu atau di atas rumput. Pedagang yang muncul antara Desember dan Mei itu menambah khas situasi jalan yang dihiasi pepohonan, sungai, tebing, dan udara segar. (Baca: Nantikan Kesempatan Beli Durian Merah Banyuwangi di Jakarta)

Tak jarang wisatawan atau pengendara dari luar daerah menyempatkan berhenti untuk sekadar mencicipi dengan makan durian di lokasi dan membawa pulang dalam jumlah banyak.

Beberapa kali acara makan durian bersama secara cuma-cuma diselenggarakan pengelola obyek wisata di jalur sepanjang sekitar 30 kilometer itu.

Kusnan (66), warga Dusun Slatri, Desa Pait, Kecamatan Kasembon, salah satu pusat durian, mengatakan, saat kondisi cuaca bagus seorang petani bisa meraup hingga Rp 20 juta dalam sekali musim durian.

Sebaliknya, jika kondisi kurang bagus, uang yang diperoleh juga sedikit. Warga mengembangkan beberapa jenis durian, antara lain, montong lokal, jingga, arab, cikrak, manalagi, dan unyil.

Kusnan sendiri memiliki sekitar 30 pohon durian berumur 15-20 tahun, dan sebagian di antaranya hasil peremajaan yang dilakukan sejak tahun 2000. ”Tahun ini cuacanya termasuk kurang baik sehingga buah tidak banyak,” ujarnya.

Menurut Kusnan, petani tidak bisa berharap banyak saat kondisi cuaca kurang mendukung. Pedagang enggan membeli lantaran ukuran buah kecil dan dianggap kurang menguntungkan saat dijual kembali.

Ia mencontohkan, beberapa hari lalu, durian miliknya hanya laku 20 buah dengan harga Rp 200.000. Padahal, dalam cuaca bagus, harga jualnya bisa mencapai dua kali lipat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com