Lahan seluas 61.850 hektar tadinya bernama Taman Wisata Alam Bukit Soeharto. Area ini dilewati jika kita melakukan perjalanan dari Balikpapan ke Samarinda. Tepatnya di sepanjang Kecamatan Loa Janan, Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara.
Dulu, Taman Hutan Raya Bukit Soeharto masih layak disebut area konservasi dan banyak satwa yang menghuni hutan ini. Dulu, di sisi kiri dan kanan jalan hanya terlihat hijaunya hutan yang didominasi pohon akasia dan sungkai.
Kini, sebagian pohon nampak kecoklatan bekas terbakar. Di sisi jalan, terlihat beberapa pohon berdiameter besar tumbang. Agak menjorok ke dalam hutan, nampak lahan gundul seperti bekas kerukan.
Beni, warga sekitar yang mengantar KompasTravel dari Balikpapan menuju Samarinda mengatakan, Bukit Soeharto tak lagi asri. "Kita lihat sisa-sisa kejayaan pak Harto. Habis hutannya," ujar Beni.
Sekilas dilihat, daerah Bukit Soeharto menyerupai kawasan puncak. Di sebelah kiri dan kanan jalan berjajar tempat makan, bangunan semi permanen untuk tempat tinggal, dan toilet umum.
Beni mengatakan, semestinya kawasan tersebut tidak boleh dijadikan permukiman. Pemerintah setempat pun menyediakan satu bangunan permanen untuk merelokasi warga di sana.
Namun ternyata pembangunan tersebut menyalahi aturan Kementerian Perhutanan sehingga relokasi tak jadi dilakukan.
Area hutan itu disebut-sebut menjadi tempat pembuangan mayat korban penembakan misterius atau petrus. Akibatnya, percaya atau tidak, banyak cerita horor yang beredar mengenai Bukit Soeharto.
Beni mengisahkan, seseorang bercerita padanya bahwa ada sepasang suami istri berkendara mobil melewati kawasan itu pada malam hari.
Sang suami mencium bau tidak sedap di mobilnya. Sepanjang perjalanan, dia diam saja. Sementara istrinya terus mengoceh tiada henti.
Baru setelah keluar dari kawasan itu, sang suami akhirnya bercerita kepada istinya. "Dia bilang, tadi lihat ke spion. Di (jok) belakang ada orang mukanya rusak, buruk," kata Beni.
Penerangan sepanjang Bukit Soeharto pun sangat minim, sama sekali tidak ada lampu. Pengendara hanya mengandalkan lampu kendaraan mereka.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.