Untuk menempuh perjalanan ke sana, pengunjung harus melewati jalanan berkelok dengan tikungan tajam selama 30 menit dari gerbang kampung sampai ke atas.
Setelah melewati gerbang danau, nampak hamparan pepohonan hijau. Danau tersebut terletak menjorok ke dalam di bawah sana. Pengunjung harus meniti anak tangga yang cukup panjang ke bawah hingga sampai ke tepi danau.
Danau itu tidak terlalu besar. Diameternya hanya 100 meter. Rasanya betah berlama-lama duduk di bawah pohon di tepian danau sambil menikmati riak air. Namun, di balik keindahannya, Danau Aco menyimpan legenda yang memilukan.
Wakil Ketua Kelompok Sadar Wisata di Kalimantan Timur, Paran mengatakan, dulunya danau ini merupakan permukiman penduduk. Mereka hidup dengan berladang dan memiliki rumah singgah di ladang itu.
Sang suami naik pitam. Ia menghampiri istrinya yang tengah menari sambil membawa ekor lutung yang dikeringkan. "Sampai di sana, dia pukul tambur dengan ekor itu keras-keras. Orang lihat itu aneh, tidak biasa terjadi. Jadi orang tertawa-tawa saja," kata Paran.
Namun, seketika terjadilah bencana di puncak Kampung Linggang Melapeh itu. Angin ribut beserta hujan deras datang bersamaan dan memporakporandakan tempat itu.
Danau Aco mulai dibuka sebagai tempat wisata pada 2012. Mulanya, Danau Aco tidak dimaksudkan sebagai tempat wisata. Namun, pengunjung yang berdatangan kian banyak sehingga pemerintah daerah dan masyarakat sekitar melihat adanya peluang itu.
Tiket masuknya pun sangat murah, yakni Rp 1.000 per orang. Menurut Paran, biasanya di hari biasa pengunjung yang datang sekitar 30 orang. Sementara jumlahnya akan meningkat pada akhir pekan. "Apalagi kalau hari besar, bisa sampai ratusan," kata Paran.
Tak hanya menikmati alam dengan berjalan-jalan di tepi danau, pengunjung juga bisa menikmati fasilitas air seperti bebek-bebekan dan perahu karet. Biaya yang dikenakan cukup terjangkau, yakni Rp 10.000 perorang untuk perahu karet dan Rp 20.000 pe rkapal untuk bebek-bebekan.
Tapi bisa dibilang Danau Aco merupakan salah satu kebanggaan bagi Kampung Linggang Melaweh. Daerah ini merupakan satu-satunya kampung di Kutai Barat yang terdaftar memiliki tempat wisata.
"Ini satu-satunya kampung yang punya SK tempat wisata. Di Yogyakarta sudah ribuan kampung wisata. Di Kutai Barat cuma satu, Linggang Melapeh saja," kata Paran.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.