Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lengket Bersama Jenang

Kompas.com - 11/03/2016, 14:22 WIB
JENANG, penganan yang lengket itu, lekat dengan tradisi Jawa dalam menandai berbagai momen kehidupan. Namun, sejatinya, beberapa daerah di Nusantara pun mengenal jenang dengan kekhasan masing-masing.

Dalam tradisi Jawa, jenang biasa dihadirkan dalam tahap-tahap kehidupan. Misalnya, seorang perempuan ketika mengandung satu bulan hingga melahirkan dibuatkan jenang yang berbeda jenisnya sesuai umur kehamilan.

Seorang anak yang baru mulai tumbuh gigi pun dibuatkan jenang. Tidak hanya di Jawa, dari Aceh hingga Papua juga mengenal jenang.

Di Solo, Jawa Tengah, kekayaan kuliner Nusantara ini diangkat dalam sebuah gelaran budaya, Festival Jenang Solo. Tahun 2016, Festival Jenang Solo memasuki penyelenggaraan kelima yang digelar 14-17 Februari di koridor Ngarsopuro, Solo.

Pendiri dan Ketua Dewan Pembina Yayasan Jenang Indonesia Slamet Raharjo mengatakan, ada 22 jenang asal Solo dan sekitarnya serta 15 jenis jenang dari sejumlah daerah lain disajikan dalam festival bertema Ragam Jenang Nusantara itu.

Pada puncak acara, Rabu (17/2/2016), disajikan ribuan takir jenang bagi warga. Ribuan orang pun berkumpul di koridor Ngarsopuro ingin mencecap lembut, lembek, dan lengketnya jenang yang manis, gurih, sampai jenang super pedas.

Sebanyak 51 tim pembinaan kesejahteraan keluarga (PKK) kelurahan di Solo bertugas memasak jenang tradisional Solo maupun jenang kreasi baru.

Pengunjung bebas memilih ingin menikmati aneka jenang. Ada jenang abrit pethak (abang putih), jenang suran, grendul, sumsum, pati, graulan, ngangrang, sumsum, lemu, katul (baro-baro), mutioro, ketan ireng, jali, kacang ijo, dan jenang sambel tumpang.

Ada juga jenang-jenang kreasi baru, misalnya jenang pelangi Nusantara, jenang sambel bledek, biji salak, jenang kari kambing, hingga jenang cinta.

Jenang yang sayang dilewatkan adalah suran. Jenang ini umumnya dimasak dan disajikan saat memasuki Sura, bulan pertama tahun Jawa.

Menurut Gusti Pangeran Harya Dipokusumo, budayawan dari Keraton Kasunanan Surakarta, jenang suran menjadi tetenger (tanda) datangnya Sura atau berarti datangnya tahun baru Jawa.

Jenang ini mengandung makna mengajak orang untuk berefleksi guna memperbaiki diri di tahun yang baru.

Jenang suran dibuat dari beras. Untuk penyajiannya ada perkedel, sambal goreng krecek, ditaburi kacang kedelai goreng, daun kemangi, irisan telur dadar yang digoreng tipis, dan kerupuk tipis kecil.

”Jenang itu dari makanan sesaji menjadi siap saji. Misalnya jenang suran, itu tetenger datangnya Sura. Tapi, kalau masyarakat senang, tidak apa-apa disajikan di luar Sura, boleh saja,” ujar Dipokusumo.

Ada pula jenang graulan yang dibuat untuk anak yang baru mulai tumbuh gigi. Jenang ini berbahan tepung ketan, gula merah, pandan, jagung manis, dengan siraman santan.

”Maknanya agar gigi anak dapat tumbuh dengan baik. Jenang ini sekarang sudah jarang dibuat,” kata Sriyati dari tim penggerak PKK Kelurahan Panularan.

Sementara kreativitas tim PKK Semanggi melahirkan jenang sambal bledek. Bisa ditebak rasanya sungguh pedas menggelegar bagai tersambar bledek (halilintar).

”Bahan dari beras. Kuahnya dibuat dari bumbu tauco, diberi ikan tuna dan udang,” kata Ny Hendra dari tim PKK Semanggi.

Di luar Solo, ada bubur dari 15 daerah lain, di antaranya Lampung, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jambi, Banten, Jawa Timur, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kepulauan Riau, dan Papua.

KOMPAS/ERWIN EDHI PRASETYA Festival Jenang Solo 2016 digelar 14-17 Februari di koridor Ngarsopuro, Solo, Jawa Tengah.
Jenang disiapkan oleh pelajar dan mahasiswa yang sedang menempuh studi di Solo. Kepulauan Riau menyajikan jenang instan pecah mutiara dari sagu mutiara. Bubur berasa manis ini biasanya dihidangkan saat berbuka puasa.

Papua menghidangkan papeda, yaitu jenis bubur dari sagu. Bubur ini bertekstur lengket seperti lem dan bening yang disajikan dengan ikan tongkol yang dimasak kuah kuning.

Kitab kuno

Heri Priyatmoko, dosen Sejarah Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, menuturkan, jenang telah ada ratusan tahun silam di Jawa. Jejak jenang tercatat dalam serat Lubdaka karangan Mpu Tanakung pada zaman Kerajaan Kediri sekitar abad XII.

Dalam serat Lubdaka tersebut tertulis sebaris kalimat tentang sesaji bubur dan nasi liwet. Serat Centhini (1814-1823) juga mencatat perihal jenang. Salah satunya disebutkan, ada sesaji jenang di setiap tahapan acara hajatan pernikahan, yaitu jenang abang dan jenang baro-baro.

Tokoh dalam serat Centhini, Cebolang, dikisahkan membuat hidangan jenang dodol, jenang nangka, jenang duren, serta jenang jiwit.

Jenang-jenang itu dibuat Cebolang saat bertamu ke rumah Amat Tengara dan ibunya (abdi dalem keraton Mataram) yang hidup miskin. ”Selain sebagai sesaji upacara-upacara adat, jenang juga dibuat untuk dikonsumsi,” kata Heri.

KOMPAS/ERWIN EDHI PRASETYA Festival Jenang Solo 2016 digelar 14-17 Februari di koridor Ngarsopuro, Solo, Jawa Tengah.
Jenang untuk sesaji merupakan sarana permohonan keselamatan dan ungkapan syukur kepada Sang Pencipta. Untuk konsumsi, jenang berfungsi menambah kekuatan tenaga, menjaga kesehatan, dan memulihkan stamina tubuh.

Karena itu, jenang sumsum yang dibuat dari tepung beras biasanya disajikan selepas bekerja atau saat gotong royong.

Menurut Heri, dari kacamata sosiologi, jenang adalah makanan tradisional yang terbebas dari kasta sosial. Jenang juga lepas dari jerat gaya hidup dan gengsi sosial.

Menyantap jenang tidak akan melorotkan maupun meninggikan derajat sosial seseorang. Dari keluarga raja, priayi, hingga rakyat jelata sama-sama memakai jenang sebagai sesaji dan untuk dikonsumsi.

”Artinya, jenang bukan milik satu golongan. Dengan kesederhanaan yang menyertainya, jenang melebur dalam kehidupan sosial, tak membedakan kaya maupun miskin. Inilah keunikan jenang,” katanya. (Erwin Edhi Prasetya)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kampoeng Kaliboto Waterboom: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Kampoeng Kaliboto Waterboom: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Jalan Jalan
Aktivitas Wisata di The Nice Garden Serpong

Aktivitas Wisata di The Nice Garden Serpong

Jalan Jalan
Delegasi Dialog Tingkat Tinggi dari China Akan Berwisata ke Pulau Padar Labuan Bajo

Delegasi Dialog Tingkat Tinggi dari China Akan Berwisata ke Pulau Padar Labuan Bajo

Travel Update
The Nice Garden Serpong: Tiket Masuk, Jam Buka, dan Lokasi

The Nice Garden Serpong: Tiket Masuk, Jam Buka, dan Lokasi

Jalan Jalan
Cara ke Sukabumi dari Bandung Naik Kendaraan Umum dan Travel

Cara ke Sukabumi dari Bandung Naik Kendaraan Umum dan Travel

Travel Tips
Pengembangan Bakauheni Harbour City di Lampung, Tempat Wisata Dekat Pelabuhan

Pengembangan Bakauheni Harbour City di Lampung, Tempat Wisata Dekat Pelabuhan

Travel Update
Asita Run 2024 Digelar di Bali Pekan Ini, Terbuka untuk Turis Asing

Asita Run 2024 Digelar di Bali Pekan Ini, Terbuka untuk Turis Asing

Travel Update
13 Telur Komodo Menetas di Pulau Rinca TN Komodo pada Awal 2024

13 Telur Komodo Menetas di Pulau Rinca TN Komodo pada Awal 2024

Travel Update
Tanggapan Kemenparekraf soal Jam Kerja 'Overtime' Sopir Bus Pariwisata

Tanggapan Kemenparekraf soal Jam Kerja "Overtime" Sopir Bus Pariwisata

Travel Update
Tip Jalan-jalan Jenius ke Luar Negeri, Tukar Mata Uang Asing 24/7 Langsung dari Aplikasi

Tip Jalan-jalan Jenius ke Luar Negeri, Tukar Mata Uang Asing 24/7 Langsung dari Aplikasi

BrandzView
Vietnam dan China Siap Bangun Jalur Kereta Cepat Sebelum 2030

Vietnam dan China Siap Bangun Jalur Kereta Cepat Sebelum 2030

Travel Update
Libur Lebaran, Tren Kunjungan Wisatawan di Labuan Bajo Meningkat

Libur Lebaran, Tren Kunjungan Wisatawan di Labuan Bajo Meningkat

Travel Update
ASDP Catat Perbedaan Tren Mudik dan Arus Balik Lebaran 2024 Merak-Bakauheni

ASDP Catat Perbedaan Tren Mudik dan Arus Balik Lebaran 2024 Merak-Bakauheni

Travel Update
5 Tempat Wisata Hits dan Instagramable di Cianjur

5 Tempat Wisata Hits dan Instagramable di Cianjur

Jalan Jalan
10 Bandara Tersibuk di Dunia 2023, Banyak di AS

10 Bandara Tersibuk di Dunia 2023, Banyak di AS

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com