Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Kopi Menjadi Hal Primer di Kota 1001 Warung Kopi

Kompas.com - 12/03/2016, 20:19 WIB
Muhammad Irzal A

Penulis

BELITUNG, KOMPAS.com - Lelah menelusuri wisata pantai di Belitung Timur, Kepulauan Bangka Belitung, saatnya anda mampir ke Kota Manggar. Kota tersebut menyuguhkan 1001 warung kopi di sepanjang jalan utamanya.

Teriknya sinar matahari di Kota Manggar tidak menyurutkan masyarakat memenuhi setiap kedai-kedai kopi yang berjejer di sekitar tugu 1001 kopi. Kopi merupakan rutinitas, bahkan hal primer bagi masyarakat Belitung Timur.

Cobalah merasakan sensasi yang berbeda ketika menyeruput kopi di kedai-kedai ini, karena menyeruput kopi disni memiliki fungsi sosial yang sangat tinggi. Dalam satu hari masyarakat Belitung Timur yang dahulunya mayoritas penambang timah, bisa menghabiskan empat hingga tujuh kopi dalam sehari.

(BACA: Cicipi "Kopi Sianida" di Warkop 588 , Berani?)

“Minimal orang sini dulu empat kali sebelum kerja, saat istirahat, saat pulang kerja, hingga mengisi waktu kosong mereka. Minum kopi di kedai ini jadi perantara informasi masyarakat, saling mengenal antar orang dari ngopi,” ujar Markus Joapinto, pemilik Warung Kopi Milenium, saat dikunjungi KompasTravel dalam Corporate Media Gathering BW Suite ke Belitung, Jumat (11/3/2016).

Salah satu warung kopi (warkop) yang tersohor dan selalu ramai ialah Warkop Milenium. Kedai yang buka mulai pukul 08.00 hingga 02.00 WIB ini dapat menjual 500 cangkir kopi dalam satu hari. Namun, di akhir pekan atau libur dapat bertambah dua hingga tiga kali lipat.

KOMPAS.com/Muhammad Irzal Adiakurnia Secangkir kopi O, di Warkop Milenium, dekat tugu 1001 warung kopi, Manggar.
Markus Joapinto, sang pemilik Warkop Milenium mengaku tidak ada yang istimewa dari kopinya dibanding deretan warkop lain di lokasi tersebut. Kopi digoreng sebentar, digiling, direbus dalam panci besar, dan ketika akan disajikan tinggal dituangkan di atas saringan kain. Sehinga kopi tidak meninggalkan ampas.

(BACA: Unik, Menyeruput Kopi ala Turki di Depok)

Warkop ini ternyata eksis sejak tahun 1998, salah satu kunci mereka selalu ramai ialah melakukan pelayanan maksimal, dan melakukan inovasi yang pas.

“Di sini satu-satunya warung kopi legendaris yang menjual pelengkap minum kopi seperti singkong, pisang, roti dan lain-lain. Menu favorit kita ada kopi O, yaitu kopi hitam polos dan kopi susu,” ujar Markus.

Cukup dengan harga Rp. 6 000 untuk kopi O, dan Rp. 7 000 untuk kopi susu hingga Rp. 15.000 untuk jus. Dan harga camilan, pisang, roti dan singkong sekitar Rp. 10.000.

Markus mengakui pihaknya bekerja sama dengan beberapa tour agent, dan hotel serta pemandu-pemandu wisata lain. Dengan menjalin komunikasi dengan baik, alhasil mereka selalu menyempatkan untuk ngopi di sini. Baik ketika membawa rombongan, teman, karyawan ataupun sendiri.

Markus menceritakan bahwa dahulu warkop-warkop di sana ramai oleh para penambang kopi yang gemar beristirahat dan bersosialisasi mengenai pekerjaan sembari memesan kopi. Seiring semakin majunya perusahaan penambang timah dahulu, semakin terkenal pula budaya minum kopi di Belitung Timur.

Sedangkan kini sejak pabrik timah sudah bangkrut, Markus merasa diuntungkan dengan wisatawan-wisatawan yang berdatangan ke Belitung. Selain itu meski berubah mata pencaharian, tradisi tersebut tetap ada di keseharian masyarakat sebagai nelayan.

“Sampai sekarang, masyarakat sebelum nambang atau nelayan pasti ngopi. Tiap zaman pecinta kopi tidak pernah sepi, masa-masa PT PN Timah berjaya kedai kedai kopi ramai, hingga sekarang pun tetap ramai walau bukan dari karyawan timah, tapi wisatawan, nelayan, dan masyarakat,” ujar Markus.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com