Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wayan Abuth Suryana, Seniman Tato Kreatif

Kompas.com - 05/04/2016, 07:32 WIB

ROTTERDAM, KOMPAS.com - Kota Rotterdam, Belanda berada di bawah temperatur 10 derajat celcius. Agaknya saya terlalu sombong tidak memakai jaket sehingga tubuh ini menggigil kedinginan.

Kalau orang Bali protes bilangnya begini, "Ajum sajan, sing tawange dingin!" (artinya, sombong banget sih, kan dingin!).

Maksud hati sebenarnya ingin "menampilkan diri" seperti para pemuda tinggi besar bertato yang berlalu-lalang di depan loket pameran tato Rotterdam Convention Center pada bulan Maret 2016 lalu. Kelihatan gagah perkasa, bertato, galak dan jantan di depan siapa saja.

Bagi sebagian orang, kalau melihat orang bertato pasti muncul hal negatif. Kadang identik dengan berandalan, sangar, kriminal bahkan eks narapidana. Pandangan sinis selalu tertuju kepada mereka yang bertato.

ARSIP MADE AGUS WARDANA Wayan Abuth Suryana (kiri) bersama penulis (tengah) di Rotterdam, Belanda, Maret 2016.
Memang para penjahat sering juga memakai tato, namun dalam kenyataannya tidak semua orang memiliki tato itu adalah seorang penjahat. Di sinilah kita membutuhkan sebuah persepsi positif dalam menilai seseorang di depan kita.

Saat itu, saya berada di gedung Rotterdam Convention Center melihat secara langsung cara membuat tato. Bertemu seorang bule, lewat begitu saja dengan perawakan sangar, seluruh tubuhnya dirajah dengan berbagai gambar binatang, bunga, simbol-simbol patriotisme.

Telinganya berjubel anting-anting gede banget seperti lehernya mau miring ke kiri atau kekanan. Tapi ketika saya berbicara dengan dia, dia sangat sopan dan baik hati. Terpancar dalam hatinya energi positif.

MADE AGUS WARDANA Tato hasil karya Wayan Abuth Suryana.
Secara otomatis saya menebak bahwa orang ini pasti baik. Atau dalam bahasa canda saya, "Wajahmu rock tapi datimu dangdut". Wajah boleh sangar tapi hati tetap berbinar. Dengan demikian persepsi saya sangatlah positif kepada dia.

Itulah suasana mengesankan saya, di saat mengunjungi seorang teman yang juga tukang tato andal. Teman saya itu bernama Wayan Abuth Suryana, pria jantan asal Bali yang ikut berpartisipasi dalam pameran Tattoo Internasional Rotterdam yang berlangsung 18-20 Maret 2016.

Melirik sejarah, tato adalah bagian dari budaya bangsa yang tercipta sudah zaman dahulu. Sejarah mencatat bahwa tato berasal dari bahasa Tahiti "tatu" yang diartikan tanda.

MADE AGUS WARDANA Wayan Abuth Suryana menerima penghargaan.
Tanda bisa berupa obyek gambar atau tulisan yang dirajah di kulit, entah itu kulit kaki, tangan, lengan badan dan sebagainya. Proses pembuatannya membutuhkan durasi yang lama, berjam-jam bahkan bisa bertahun-tahun sesuai dengan besarnya tato yang diinginkan.

Konon kabarnya tato sudah ada sejak zaman Mesir dan juga digunakan untuk ritual oleh suku-suku kuno seperti Inca, Maori, Ainu dan Poleynisians. Termasuk juga di Indonesia. suku Mentawai dan suku Dayak dari Kalimantan.

Tato berkembang dengan pesatnya. Bahkan para pemain sepak bola terkenal dan para selibritis berlomba merajah kulitnya dengan berbagai gambar yang disukainya. Entah apa tujuannya yang penting membuat mereka senang dalam penggunaanya.

MADE AGUS WARDANA Penghargaan tato Wayan Abuth Suryana.
Wayan Abuth Suryana, Seniman Tato Kreatif

Abuth adalah sosok anak muda yang sangat kreatif dalam membuat tato untuk para pelanggannya. Bermodal semangat dan fokus dalam berkarya pada akhirnya mampu mendirikan usaha resmi tato yaitu As-Tatoo pada tahun 2000 di kota Frankfurt Jerman.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com