Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wajib Kenal, Organisasi Pecinta Alam Ini Masih Eksis dari Tahun 1964

Kompas.com - 13/04/2016, 17:03 WIB
Muhammad Irzal A

Penulis

KOMPAS.com - Bagi pecinta alam mungkin sudah tak asing lagi dengan nama Wanadri. Perkumpulan orang-orang dengan hobi menjelajah alam sejak tahun 1964 ini masih eksis hingga saat ini.

Genap berusia 52 tahun pada 2016, kini perkumpulan tersebut beranggotakan lebih dari 1000 orang hasil seleksi. Hingga saat ini pendidikan di alam yang menjadi standar keanggotaan Wanadri masih rutin dilakukan dengan metode yang sama.

Kamis (7/4/2016) yang lalu, KompasTravel bertemu dua senior Wanadri generasi 1970-an, yaitu Djukardi Andriana yang akrab disapa Kang Bongkeng dan Saleh Sudrajat, dipanggil Kang Saleh.

Keduanya mengisi sesi talkshow dalam acara "Indofest 2016", di Istora Senayan, Jakarta. Mereka mempunyai keahlian di bidangnya masing-masing. Kang Bongkeng merupakan ahli mountainering di Wanadri, berbagai gunung telah didaki termasuk seven summit Indonesia dan dunia pada 2012.

Sedangkan Kang Saleh ahli di bidang ekspedisi udara. Sabang sampai Merauke telah dikelilinginya melalui ekspedisi udara. Keduanya hingga saat ini masih aktif di bidangnya masing-masing.

Saleh mengatakan tiap anggota Wanadri memang berpatok pada moto yang dijunjungnya, yaitu "tidak ada gunung yang tinggi, jurang curam, rimba belantara, lautan serta angkasa yang tak dapat dijelajah oleh Wanadri".

Ia pun membuktikannya di jalur angkasa, melalui ekspedisi udara keliling Indonesia. "Kita ingin moto tersebut bukan sekedar omong kosong," ujar Saleh kepada KompasTravel, sesaat mengisi talkshow di Indofest 2016.

Hingga tahun 2012 genap sudah semua sektor dijelajahi, di antaranya melalui ekspedisi 92 pulau Indonesia pada 2008, dan mendaki gunung seven summit dunia pada 2011 hingga 2012.

Bongkeng menceritakan bagaimana perhimpunan ini dahulu dibentuk. Ia mengatakan awal berdiri tahun 1964, perhimpunan ini dibentuk untuk semua kalangan, hingga saat ini anggotanya dari berbagai profesi.

Ia mengatakan Wanadri dipelopori beberapa orang yang hobi berpetualang di kepanduan. Dahulu tiap sekolah dan kampus ada pendidikan survival yang dinamakan kepanduan.

Kepanduan kemudian berubah jadi Pramuka, dengan kegiatan yang sedikit berbeda. Sekumpulan orang tersebut masih menginginkan kegiatan survival dan pada akhirnya dibentuk Wanadri.

"Wana sendiri berarti 'hutan', dan 'adri' itu gunung. Jadi Wanadri itu gunung di tengah hutan," ujar Saleh.

Sampai saat ini Wanadri sudah mengalami tiga generasi, dari "kakek" sebagai pelopor dan pendiri, hingga "cucu" sebagai anggota saat ini. Ia menambahkan sampai saat ini pendidikan dasar yang diberikan kepada anggota baru hasil seleksi masih sama sejak tahun 1964. Wanadri mempertahankannya karena hasilnya sudah teruji dan terbukti unggul.

KOMPAS/HARRY SUSILO Tim Bravo Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia dari Wanadri bersiap menyusuri jalur es puncak Nggapulu atau puncak Soekarno di ketinggian sekitar 4.700 meter di atas permukaan laut (mdpl), kawasan Pegunungan Jayawijaya, Papua, Senin (19/4/2010).
"Kita disebut orang-orang yang nyeleneh, karena kita dididik satu bulan di tengah hutan dan laut, tapi tetap saja masih berjuang," ujar Saleh.

Ia menceritakan pola pendidikannya berjalan selama satu bulan, salah satunya di Situ Lembang, mulai dari pelatihan basic training, panjat tebing, arus deras, navigasi darat, SAR (search and rescue), perjalanan laut, rawa, hingga survival.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Hotel Story
Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Travel Update
5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

Jalan Jalan
Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Travel Update
4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

Jalan Jalan
Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Travel Update
5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

Jalan Jalan
Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Travel Update
Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Jalan Jalan
Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Travel Update
Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Travel Tips
Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Travel Update
5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com