Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Motret Bekantan dan Pesut, Mereka Layak Jadi Duta Wisata

Kompas.com - 16/04/2016, 07:35 WIB
I Made Asdhiana

Penulis

BATU AMPAR, KOMPAS.com - Sehari-hari pekerjaan Juliadi dan Muliadi adalah nelayan. Menyusuri sungai di Kecamatan Batu Ampar, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, mereka bergelut dengan jaring dan perahu untuk mencari ikan.

Namun siapa sangka mereka juga piawai dalam hal memotret?

Berkat upaya WWF Indonesia-Kalimantan Barat, Juliadi dan Muliadi, dua dari 31 fotografer yang berhasil dibina WWF Indonesia melalui program Panda Click! dalam menggeluti hobi fotografi.

Juliadi (28) sehari-hari adalah nelayan di Batu Ampar. Keinginannya mengikuti pelatihan fotografi tak muluk-muluk.

"Ingin tahu dan merasakan bagaimana memotret yang baik," katanya di sela-sela pameran foto karya masyarakat Kecamatan Batu Ampar, Kabupaten Kubu Raya, di Desa Padang Tikar, Selasa (12/4/2016) yang digagas WWF Indonesia melalui program Panda Click!

Menurut Albertus Tjiu selaku Manager Program WWF Indonesia-Kalimantan Barat, program Panda Click! bertujuan mendokumentasikan hal-hal penting dalam kehidupan masyarakat sehari-hari seperti keadaan lingkungan, alam, sosial masyarakat, budaya, dan lain-lain.

Program ini, lanjut Albertus, berlangsung sejak Mei 2014 sampai Mei 2015. Warga di lima desa yakni Padang Tikar, Batu Ampar, Sungai Kerawang, Teluk Nibung, dan Nipah Panjang dapat pinjaman kamera digital. Sebelum terjun ke lapangan, mereka dilatih cara memotret selama 2 minggu.

Juliadi menuturkan, foto bekantan (Nasalis larvatus) diperoleh secara kebetulan saat menyusuri hutan bakau saat dirinya sedang menjaring ikan.

KOMPAS.COM/I MADE ASDHIANA Muliadi dan foto pesut yang dipajang pada pameran foto karya masyarakat Kecamatan Batu Ampar, Kabupaten Kubu Raya, di Desa Padang Tikar, Selasa (12/4/2016) yang digagas WWF Indonesia melalui program Panda Click!
Bekantan atau bentang (istilah lokal) cukup banyak dijumpai di hutan bakau kawasan Desa Padang Tikar, Bunbun, Kerawang  di Batu Ampar.

Di Kalimantan, tingkat konflik antara bekantan dan masyarakat tergolong rendah. Ancaman keberadaan bekantan disebabkan degradasi hutan mangrove dan kebakaran hutan.

"Itu foto ketika pagi hari. Kebetulan saja ketemu," katanya sambil menunjuk foto bekantan yang dipamerkan itu.

Menurut bapak satu anak ini, awalnya dirinya agak susah memotret. Tetapi, berkat pelatihan terus menerus yang diberikan Panda Click! sedikit demi sedikit dia mulai paham cara memotret dengan kamera digital.

"Saya akan terus memotret dan berharap diberi pinjaman kamera lagi," kata Juliadi polos.

Hal senada juga dikemukakan oleh Muliadi (48), yang memotret pesut (Orcaella brevirostris), hewan mamalia atau lumba-lumba air tawar dan payau yang keberadaannya dilindungi.

"Waktu itu saya lagi masang pukat. Lihat pesut, lantas saya kejar. Itu pagi hari. Sekitar 15 menit saya ngejarnya biar bisa dekat. Soalnya pesut itu nyelam dan timbul," tutur warga Desa Teluk Nibung itu dengan semangat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com