Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jumlah Turis ke Candi Borobudur Kalah dengan Angkor Wat, Kenapa?

Kompas.com - 20/05/2016, 09:05 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com - Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Candi Borobudur dinilai masih sedikit dibanding dengan destinasi serupa di negara lain.

Padahal dari segi arsitektur, Candi Borobudur juga tak kalah indah dibanding candi-candi Buddha di luar negeri, seperti Angkor Wat di Kamboja. Bahkan UNESCO pun telah menetapkan mandala suci ini sebagai warisan budaya dunia.

Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara, Kementerian Pariwisata, I Gde Pitana menyebutkan rata-rata kunjungan wisman ke Candi Borobudur sebanyak 250.000 orang per tahun. Sedangkan jumlah wisman yang berkunjung ke Angkor Wat bisa mencapai 2,5 juta orang per tahun.

"Candi Borobudur juga tidak kalah bagus dengan Angkor Wat, tapi jumlah wisman yang datang ke sana 10 kali lipat lebih banyak," katanya, disela-sela Konferensi Buddha Internasional di Komplek Taman Wisata Candi Borobudur, Magelang, Kamis (19/5/2016).

Menurut Pitana, minimnya upaya promosi menjadi faktor yang menyebabkan Candi Borobudur belum banyak dikunjungi wisman. Pitana menilai Indonesia jauh tertinggal dengan negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand dalam upaya promosi wisata.

"Promosi kita lemah, kita jauh tertinggal puluhan tahun dengan mereka. Mereka lebih dulu sadar pentingnya promosi dan branding wisata ke luar negeri," kata dia.

Oleh sebab itu, beberapa tahun tahun terakhir Kementerian Pariwisata terus melakukan promosi dan branding besar-besaran terhadap destinasi wisata Indonesia ke luar negeri. Pitana menyebutkan dana promosi wisata Indonesia ke luar negeri dialokasikan 50 persen untuk branding. Branding dinilai penting agar destinasi wisata menjadi top of mind bagi calon wisatawan.

KOMPAS IMAGES / FIKRIA HIDAYAT Kabut berarak di sekitar Candi Borobudur, magelang, Jawa Tengah.
"Tahun 2016, anggaran promosi sekitar Rp 4 triliun. Dari dana itu sebanyak Rp 1 triliun branding di dalam negeri dan Rp 3 triliun branding ke luar negeri," sebut dia.

Lebih lanjut, ujar Pitana, berdasarkan beberapa penelitian, efek branding baru akan terasa 2-3 tahun ke depan jika branding dilakukan intensif dan konsisten. Branding yang dimaksud bukan hanya logo akan tetapi keseluruhan aktivitas untuk memperkenalkan sebuah produk kepada pasar.

"Branding tidak sekedar logo misalnya Wonderful Indonesia. Anda menulis kalau Candi Borobudur itu indah di sosial media itu juga branding," katanya.

Sejauh ini, Kementerian Pariwisata sudah melakukan branding hampir ke semua negara menggunakan berbagai media. Namun ada lima pasar utama yang difokuskan yakni Australia, Korea Selatan, Jepang, Singapura, dan Malaysia.

Destinasi multipel

Pitana berujar di samping lemahnya promosi, faktor dukungan insfrastruktur berupa kegiatan-kegiatan di luar Candi Borobudur juga dianggap masih kurang. Sebuah obyek wisata, lanjutnya, tidak akan berkembang baik jika single destination tetapi juga harus multiple destination.

"Selama ini, kita cuma naik ke Candi Borobudur selama dua jam tapi setelah itu apa? Beda dengan di Bali, setelah kita ke Ubud kita akan menemukan banyak aktivitas wisata setelah lihat museum," katanya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Jalan Jalan
4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

Travel Tips
Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Travel Update
Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Jalan Jalan
Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Jalan Jalan
 7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

Jalan Jalan
5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

Travel Tips
Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Jalan Jalan
Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Travel Update
Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Hotel Story
Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Travel Update
5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

Jalan Jalan
Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com