Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Padma, Aku Kecewa...

Kompas.com - 25/05/2016, 05:18 WIB

KENAPA harus Padma? Bunga Padma atau lotus adalah simbol kehidupan itu sendiri. Bunga purba itu telah berabad-abad dijadikan simbol peradaban manusia dan semuanya menganggap bunga itu simbol pencapaian kesempurnaan keabadian atau kesucian.

Tiga perupa perempuan Indonesia pencinta bunga padma, Kartika Affandi, Dian Anggraini, dan perupa Jepang, Yasumi Ishii, yang sudah tinggal 20 tahun di Indonesia, memamerkan karya mereka bertajuk ”Destination Lotus” di Limanjawi Art House, Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.

Dalam pameran yang dibuka Minggu (15/5/2016) itu, ketiga perupa sengaja menyuguhkan refleksi bunga padma sebagai sebuah simbol kesempurnaan.

Namun, begitu memasuki ruang pamer justru dapat dilihat lukisan karya Kartika Affandi yang menunjukkan sesuatu yang paradoks. Judul lukisan ”Lotus-Aku Kecewa” (Potret Diri I) itu seolah-olah menggambarkan kekecewaannya terhadap bunga padma atau lotus. Walau pada akhirnya muncul juga keceriaan Kartika dengan ribuan bunga padma, sehingga memenuhi kanvas.

Kartika bukan kecewa pada bunga padma. Itu gambaran perasaannya yang justru mengadu kepada bunga padma yang dianggap sebagai bunga kesempurnaan, tentang kekecewaannya terhadap kehidupan yang mengabaikan pencapaian kesempurnaan.

Salah satu bentuk kekecewaan itu terlihat pada lukisan lain Kartika yang menggambar Candi Borobudur yang menjulang tinggi dikelilingi oleh hamparan bunga padma. Karya berjudul ”Borobudur dalam Impianku” adalah ungkapan Kartika tentang bagaimana menggarap dan memperlakukan filosofi Borobudur sebagai simbol pencapaian kesempurnaan.

”Borobudur dulu terasa memberi ketenteraman dan kedamaian. Namun, saat ini banyak pengunjung melimpah yang hanya sekadar potret-potret seakan-akan menunjukkan bahwa dia telah berkunjung, tetapi tidak memberi rasa hormat dan sopan santun. Mereka memanjat-manjat seperti tarzan,” kata Kartika.

Begitu ungkapan kekecewaan Kartika terhadap perlakuan terhadap Candi Borobudur dalam lukisannya itu. ”Impianku, betapa indahnya jika Borobudur dikelilingi pohon lotus atau padma. Bunga lotus itu sendiri maknanya adalah memberikan kesempurnaan, keadaan jiwa untuk meraih kebahagiaan hidup dengan hati murni yang bersih,” tuturnya.

KOMPAS/THOMAS PUDJO WIDIJANTO Di sela-sela pameran, Kartika Affandi melukis di depan tempat pameran Limanjawi Art House.
Bila dikaitkan dengan tema, dua karya Kartika itu seperti sebuah mozaik. Ya, mozaik bunga padma di mata dan hati Kartika. ”Padma bagi saya adalah segalanya. Sejak muncul dari permukaan air, membentuk kubah atau stupa dengan warna putih di puncaknya. Megah, bangga dengan dirinya sendiri,” katanya.

Kesucian

Bunga padma boleh dibilang tanaman purba. Kehadirannya sudah berabad-abad lalu. Banyak bangsa meyakini bunga ini memiliki makna kemurnian dan kesucian.

Bunga yang bisa memiliki warna putih, ungu, merah, dan biru ini banyak digunakan sebagai simbol dalam budaya Hindu dan Buddha. Lihatlah alas Dewa Wisnu atau Siwa yang berdiri di atas alas bunga padma. Berpijak pada kesucian. Begitu juga Dewi Saraswati, yang berdiri di atas padma. Itulah simbol kesempurnaan pengetahuan sekaligus kesucian.

Perupa Dian Anggraini dengan indah memaknai padma sebagai simbol kesucian. Dalam karyanya berjudul ”Spiritual Energy”, ditampilkan kelopak bunga padma besar warna pink berarsir putih. Di tengahnya muncul putik warna kuning dan di atas putik bunga itu ada perempuan berpakaian serba putih duduk bersila.

Inilah keanggunan dan karisma padma. Karya ini seperti membangun sebuah energi tentang bunga padma yang membawa seorang perempuan seolah mengangkasa menggapai dunia kesucian.

Karya Dian berjudul ”Di Balik Kelambu” berbicara lebih dalam tentang hidup. Seorang perempuan tidur beralaskan kain yang penuh dihiasi teks-teks kalimat. Wajah perempuan yang tidur telentang ini menghadap dinding yang penuh dihiasi relief perempuan yang mirip Karmawibangga yang ada di kaki Candi Borobudur. Semua perempuan itu seolah melambai-lambaikan bunga padma dengan tangan kanannya.

Perempuan tidur, relief perempuan memegang bunga padma dan teks di alas tidur. Barangkali ini sebuah perenungan, perjumpaan dalam mimpi tentang ajaran Karmawibangga, ajaran tentang sebab-akibat yang bersumber dari ajaran baik dan jahat.

KOMPAS/THOMAS PUDJO WIDIJANTO 'Borobudur dalam Impianku' karya Kartika Affandi.
Itulah rahasia ”Di Balik Kelambu” Dian Anggraini, bahwa di balik kelambu bukan hanya ada kisah Kama Sutra, tetapi juga bisa menjadi tempat perenungan tentang hidup.

Yasumi Ishii, perupa Jepang yang kini menetap di pinggiran Candi Borobudur, menempatkan padma sebagai sebuah keabadian. Ini terlihat dalam karyanya berjudul ”Catch the Power”. Dia justru menggambar kelopak-kelopak bunga padma yang sudah mati.

Bunga padma memang bisa mati, tetapi dalam lembar-lembar daun yang telah mati itu terdapat bintik seperti lubang yang di dalamnya menyimpan benih. Suatu saat, benih itu bisa muncul sebagai padma yang indah lagi. Itulah keabadian bunga padma. Manusia bisa mati, tetapi karya-karyanya terus hidup, berjalan menembus zaman. (THOMAS PUDJO WIDIJANTO)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com