Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menengok Sisa-sisa Peninggalan Salah Satu Masjid Tertua di Semarang

Kompas.com - 15/06/2016, 04:07 WIB
Muhammad Irzal Adikurnia

Penulis

SEMARANG, KOMPAS.com - Semarang, memang salah satu kota yang menyimpan banyak sejarah peradaban. Salah satunya peradaban Islam yang masuk lewat jalur perdagangan dapat Anda temukan peninggalannya di kawasan Pecinan, Semarang.

Siang itu, para pedagang hingga buruh gudang toko ramai lalu lalang, hiruk pikuk perekonomian di salah satu kawasan perdagangan tertua Semarang ini sangat terasa. Kawasan, Pecinan Semarang, tak hanya tempat berkumpulnya para pedagang, tapi juga sejarahnya kota Semarang.

Di sisi kawasan tersebut terdapat pemukiman masyarakat keturunan Koja dan Gujarat. Keduanya merupakan pedagang Islam dari kawasan India dan Pakistan. Mereka menyebarkan Islam lewat jalur perdagangan, dan membangun Masjid Jami Pekojan, yang kini menjadi salah satu masjid tertua di Semarang.

Lokasi Masjid Jami Pekojan terletak di Jalan Petolongan nomor satu, Kampung Pekojan, Kelurahan Purwodinatan, Kecamatan Semarang Tengah, lokasinya di sekitar kawasan Pecinan Semarang. Sekitar setengah jam dari Bandara Ahmad Yani atau 15 menit dari Stasiun Besar Tawang ke arah Jalan MT Haryono, yang terkenal dengan Jalan Mataram.

Di jalan tak terlalu besar dengan lebar tiga meter itu berdiri masjid sederhana yang menyimpan sejarah panjang. Tak kurang dari 150 tahun masjid ini telah kokoh berdiri. Di sekitarnya masih tampak masyarakat berparas Pakistan-India yang merupakan keturunan Gujarat dan Koja.

Memasuki masjid ini Anda akan disambut menara kokoh setinggi 18 meter, di sisi kiri terdapat banyak makam para penyiar Islam yang sempat mengurus masjid ini.

KOMPAS.com/Muhammad Irzal Adiakurnia Salah satu sisi bangunan yang tidak mengalami pemugaran selama ratusan tahun atau masih asli, yaitu Menara masjid Pekojan setinggi lebih kurang 18 meter.
“Nama masjid ini ya diambil dari nama daerah Pekojan, dari kata ‘Kojo’ atau ‘Koja’, sebuah etnis dari Pakistan yang berbaur nikah dengan pribumi,” ujar Ali Baharun, Ketua Takmir Masjid Jami Pekojan kepada KompasTravel saat dikunjungi, Sabtu (11/6/2016).

Bangunan masjid ini terdiri dari bangunan utama, berukuran sekitar 10 meter persegi yang merupakan bangunan awal. Selain itu terdapat beberapa kompleks makam, teras yang merupakan perluasan bangunan ketika renovasi, dan bangunan sekolah tempat pendidikan Islam.

Petualangan KompasTravel di sini didampingi Anas Salim, seorang tokoh masyarakat atau biasa disebut sepuh Pekojan berusia 74 tahun. Ia menerangkan ratusan tahun lalu sebuah keluarga saudagar Gujarat yang berdagang bernama Akwan, mendirikan masjid ini untuk ibadah para pedagang Muslim.

“Dahulu hanya bangunan tengah, yang merupakan bangunan induk. Sedangkan saat ini sudah 3.300 meter persegi, karena perluasan dan renovasi,” ujar Anas kepada KompasTravel saat dikunjungi, Sabtu (11/6/2016).

Berbicara bangunan tua, yang tersirat ialah bagian-bagian mana saja yang masih asli tanpa sentuhan renovasi? Kakek yang merupakan menantu dari keturunan Akwan tersebut menunjukkan beberapa bagian yang masih asli dan terjaga.

Barang pertama ialah mimbar masjid, tempat khotbah telah berusia ratusan tahun lengkap dengan tongkatnya. Tongkat berkepala burung tersebut terbuat dari kuningan, dan di dalamnya jika dicabut terdapat pisau panjang. Menurutnya itu berguna saat zaman penjajahan dahulu, sebagai alat melawan penjajah.

KOMPAS.com/Muhammad Irzal Adiakurnia Mimbar lengkap berserta tongkatnya masih asli dari ratusan tahun yang lalu saat Masjid Pekojan ini berdiri di Semarang.
Di bagian inti bangunan, terdapat empat tiang tanpa sambungan yang berdiri kokoh. Tiang-tiang tersebut pun merupakan tiang asli yang sejak ratusan tahun masih kuat menopang masjid tersebut.

“Tiang ini masih asli, tanpa sambungan dengan panjang delapan meter. Bahannya dari jati tua, jadi masih kokoh ratusan tahun,” ujarnya.

Berbeda dengan masjid Indonesia pada umumnya, ornamen ukiran khas Pakistan dan India kental menghiasi dekorasi dalam masjid. Di salah satu temboknya pun terukir nama-nama saudagar Akwan yang membangun masjid.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com