Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masjid Unik di Jogja Ini Hanya Punya Satu Tiang

Kompas.com - 15/06/2016, 22:02 WIB

SEBAGAI kerajaan Islam yang memiliki sejarah cukup panjang, Keraton Ngayogyakarta memiliki beberapa peninggalan masjid yang tersebar di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.

Salah satu masjid yang cukup unik yang ada di Yogyakarta adalah Masjid Keraton Soko Tunggal. Masjid Keraton Soko Tunggal ini terletak di kompleks Keraton Kesultanan Yogyakarta, Jalan Taman 1, Nomor 318, Kecamatan Kraton, Yogyakarta, tepatnya di depan pintu masuk obyek wisata Taman Sari.

Sesuai namanya, masjid ini memiliki keunikan yakni hanya memiliki satu buah soko guru (tiang penyangga utama). Biasanya bangunan berkonsep Jawa disangga oleh minimal empat batang saka guru.

Menurut prasasti yang tertera pada dinding depan, Masjid Keraton Soko Tunggal diresmikan pada hari Rabu Pon tanggal 28 Februari oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX.

Masjid ini selesai dibangun pada hari Jumat Pon tanggal 21 Rajab tahun Be dan ditandai dengan Candrasengkala "Hanembah Trus Gunaning Janma" 1392 H atau 1 September dengan suryasengkala "Nayana Resi Anggatra Gusti" 1972 M.

Seorang saksi pembangunan Masjid Keraton Soko Tunggal, Hadjir Digdodarmodjo (84), menceritakan bahwa pembangunan masjid tersebut merupakan inisiatif masyarakat yang ada di sekitar Taman Sari yang menginginkan sebuah masjid sebagai tempat beribadah.

"Dulu di wilayah sini tidak ada masjid, jika melakukan salat berjamaah dan kegiatan keagamaan lainya kami menggunakan salah satu bagian bangunan di Taman Sari yang bernama Kedung Pengantin," ujar Hadjir.

Akhirnya dibentuklah sebuah panitia pembangunan masjid yang diketuai oleh Kakak Sri Sultan Hamengkubuwono IX, GBPH Prabuningrat. Karena diketuai oleh Kerabat Keraton Yogyakarta, proses pembangunan masjid tersebut relatif berjalan lancar.

Tak ayal, Presiden Indonesia saat itu, Soeharto juga turut memberikan bantuan pembangunan masjid.

"Bangunan ini berdiri di atas tanah seluas 900 meter persegi, yang merupakan tanah pemberian Sultan HB IX. Tidak hanya memberikan tanah, beliau juga berpesan agar bangunan masjid dibuat dengan arsitektur Jawa, dan beliau menunujuk R. Ngabehi Mintobudoyo yang merupakan arsitek Keraton Yogyakarta, sebagai arsitek pembangunan Masjid Keraton Soko Tunggal," ujar Hadjir.

Lebih lanjut dia menceritakan, Sultan HB IX akhirnya memutuskan untuk memilih tanah yang saat ini digunakan sebagai tempat berdirinya bangunan masjid, karena di tanah tersebut dikuburkan 10 orang pejuang yang meninggal saat Serangan Umum 11 Maret 1949, Sultan HB IX ingin masjid tersebut juga menjadi monumen bagi para pejuang tersebut.

Tribun Jogja/ Hamim Thohari Masjid Soko Tunggal
Arsitektur bangunan masjid ini sarat dengan makna. Jika para jamaah duduk di ruangan masjid akan melihat 4 batang saka bentung dan 1 batang saka guru sehingga semua berjumlah 5 buah.

Hal ini merupakan lambang negara Pancasila. Saka guru merupakan lambang sila yang pertama, yakni Ketuhanan Yang Mahaesa.

Usuk sorot (memusat seperti jari-jari payung), disebut juga peniung, merupakan lambang kewibawaan negara yang melindungi rakyatnya. Soko guru yang digunakan adalah kayu jati yang berukuran 50 cm x 50 cm yang didatangkan dari daerah Cepu.

Saat ditebang, umur kayu jati tersebut telah mencapai 150 tahun. Sedangkan umpak (batu penyangga tiang) berasal dari petilasan Sultan Agung Hanyokrokusuma yang dahulu berkedudukan di Pleret Bantul.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Panduan Lengkap ke Desa Wisata Koto Kaciak, Simak Sebelum Datang

Panduan Lengkap ke Desa Wisata Koto Kaciak, Simak Sebelum Datang

Travel Tips
Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

Travel Update
Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

Travel Update
4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

Travel Tips
Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Jalan Jalan
4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

Travel Tips
Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Travel Update
Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Jalan Jalan
Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Jalan Jalan
 7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

Jalan Jalan
5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

Travel Tips
Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Jalan Jalan
Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Travel Update
Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com