Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yoram Ramawa, Pahlawan Penyu dari Ujung Timur Indonesia

Kompas.com - 17/06/2016, 13:16 WIB
Silvita Agmasari

Penulis

SERUI, KOMPAS.com - Penyu adalah makhluk laut yang terancam punah. Meski sekali berkembang biak, penyu dapat bertelur hingga 200 butir, namun hanya satu persen dari jumlah telur yang dapat bertahan dari ancaman predator, tumbuh besar dan kembali ke darat untuk bertelur. Maka tak heran, keberadaan penyu harus dilindungi.

Tapi seberapa banyak dari kita yang sungguh-sungguh peduli akan penyu? Marilah kita mengenal sosok Yoram Ramawa (34), pahlawan penyu dari Papua.

“Diarahkan dulu tukiknya ke pantai, jangan langsung ke laut agar nanti kalau mau bertelur dia kembali lagi ke pantai di sini,” ungkap Yoram saat KompasTravel melepaskan tukik di Pantai Inggrisau, Kabupaten Kepulauan Yapen, Papua dalam acara ekspedisi Saireri bersama WWF Indonesia, Senin (13/6/2016). Hari itu, kami melepas 190 tukik jenis penyu abu di bibir pantai.

Tak jauh dari kandang tukik, ada rumah panggung kayu Yoram yang sederhana. Ternyata Yoram tinggal di pantai Inggrisau bersama istri dan tiga orang anaknya.

“Tahun 2012, yayasan panggil saya, meminta saya bekerja di yayasan melindungi penyu di pantai Ingrrisau. Saya aslinya tidak dari sini, dari Korombobi. Saya punya enam anak, tiga lagi bersekolah di kampung tinggal bersama ibu saya, tiga ini belum bersekolah,” tutur Yoram yang bekerja di salah satu yayasan perlindungan penyu dan cenderawasih.

Dari sekadar melepas tukik ke pantai, KompasTravel justru menjadi tertarik mendengar kisah Yoram. Sebab melihat lingkungan tempat tinggal Yoram adalah hal yang anomali. Yoram hidup tanpa aliran listrik.

KOMPAS.COM/SILVITA AGMASARI Yoram Ramawa melepas tukik di bibir pantai Inggrisau, Kabupaten Kepulauan Yapen, Papua.
Ia hanya memiliki transportasi perahu dayung tanpa mesin, tak memiliki tetangga, apalagi memiliki akses kesehatan dan juga pendidikan. Rumahnya berada di ujung semenanjung  Aisau, mencapai kampung terdekat memerlukan waktu 20 menit dengan perahu mesin.

“Si bapak itu tiap waktu harus menunggui telur tukik menetas, jika tidak bisa dimakan anjing,” ungkap Dortea, istri Yoram.

Menyisir pantai bersama tim dari yayasan untuk mengambil telur penyu yang dikubur oleh induknya di pantai, kemudian menaruh telur penyu di tempat penangkaran dan menguburnya kembali, menandai jumlah dan tanggal penyu siap menetas, lalu melepaskan tukik ke laut adalah pekerjaam Yoram.

“Saya tak tahu sebulan bisa lepas berapa, yang saya tahu satu hari saya bisa lepas lebih dari 300 tukik, paling banyak bisa 500 tukik,” kata Yoram. Jika dihitung berarti ada puluhan sampai ratusan ribu tukik yang dilepas Yoram ke laut dalam satu tahun.   

Lantas, berapakah bayaran Yoram untuk jasanya sebagai penjaga telur penyu, yang menyita waktu dan memerlukan tenaga?

“Sebulan saya dibayar Rp 800.000. Saya sendiri rasakan tak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untuk menambah kehidupan saya memancing di laut, karena di tempat saya hidup tak ada makanan,” ungkap Yoram.

KOMPAS.COM/SILVITA AGMASARI Melepas tukik di pantai Aisau, Kampung Aisau, Kabupaten Kepulauan Yapen, Papua, Senin 913/6/2016).
Dengan Rp 800.000 Yoram harus menghidupi keluarganya, membayar sekolah tiga orang anaknya di kampung halaman. Cukup tak cukup, Yoram harus memanfaatkan upahnya tersebut.

“Saya berpikir dengan gaji saya yang Rp 800.000 ini, bagaimana jika pendidikan anak saya meningkat?”

Sama seperti orang tua lain,Yoram tentu memiliki harapan.

“Saya ingin semua anak saya mendapat pendidikan. Selain itu ya, beginilah keadaan. Tidak ada listrik, genset juga kami tak mampu untuk beli,” tutur Yoram sang pahlawan penyu dari ujung timur Indonesia yang hidup masih jauh dari kata sejahtera. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com