Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kopi Gayo yang Memikat Mahasiswi asal Hongkong

Kompas.com - 19/06/2016, 20:22 WIB
Kontributor Takengon, Iwan Bahagia

Penulis

TAKENGON, KOMPAS.com - Hong Kong terkenal dengan perkembangannya yang ekspansif, pelabuhan laut dalam alami, dan kepadatan penduduk yang sangat tinggi dengan total sekitar 7 juta jiwa.

Dengan jumlah warga yang mendiami lahan1,104 km2 tersebut, ternyata masyarakat di negara itu belum menikmati kopi yang ditanami dari tanah mereka sendiri.

Seperti diungkapkan Joyce, seorang mahasiswi Universitas of Hongkong usai mengikuti kegiatan International Coffee Workshop Behind the Fair Traid Label: "The Story of Gayo Coffee" di Op Room Setdakab Aceh Tengah, Sabtu (18 /6/2016).

Menurut dia, masyarakat di negaranya masih menikmati kopi siap saji yang diimpor dari negara lain, seperti Nescafe dan Starbuck.

Ditambahkan Joyce, setelah dia dan sejumlah rekannya dari Universitas of Hongkong melihat dan menyaksikan bagaimana pemrosesan kopi olahan di Takengon dan Bener Meriah, dia bisa merasakan bagaimana nikmatnya aroma dan rasa Kopi Gayo asli dari tanahnya sendiri.

"Ini benar-benar sangat alami sekali, di Gayo ini saya bisa lihat langsung petaninya, pohon kopinya, seperti halnya dalam workhsop ini, ketika kami belajar membuat kopi sendiri, kami memroses kopinya sendiri, saya bisa melihat langsung, aromanya begitu kuat dan sangat enak," ungkap gadis 20 tahun ini sembari menjelaskan bahwa dirinya baru pertama kali terjun ke daerah penghasil kopi seperti sekarang.

Setelah menyaksikan bagaimana pemrosesan kopi langsung di daerah berhawa sejuk itu, di Hongkong nanti Joyce mengaku akan memilih meminum kopi alami seperti apa yang dia lihat dalam workshop ini.

"Meski demikian saya tidak akan meninggalkan kopi instan, karena di Hongkong harga kopi alami jauh lebih mahal dibandingkan harga kopi instan, apalagi saya harus keluar untuk mendapatkannya. Mungkin saya akan menambah frekwensi meminum kopi secara tradisional seperti sekarang ini," jelas Joyce.

Dalam workshop bertema "Kopi, Budaya dan Persahabatan" yang diselenggarakan oleh The Rainforest Coffee bekerjasama dengan Universitas Gajah Putih dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Takengon yang digelar sejak tanggal 15 Juni lalu, Joyce tidaklah sendiri.

Dia adalah satu dari sepuluh mahasiswa dari Universitas of Hongkong yang ikut dalam program ini dan sedang mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama enam puluh hari di Takengon dan Bener Meriah, Aceh.

Dalam workshop tersebut, mahasiswa dari negara berjuluk negeri terjangkung di dunia itu saling bertukar cerita dan budaya dengan mahasiswa Universitas Gajah Putih Takengon. Salah satu bahan diskusi mereka adalah bagaimana perbedaan budaya minum kopi di Gayo dan di Hongkong. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com