Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Begitu Magis, Terhipnotis Tari Kecak di Pura Uluwatu

Kompas.com - 22/06/2016, 08:41 WIB
Sri Anindiati Nursastri,
Ni Luh Made Pertiwi F

Tim Redaksi

ULUWATU, KOMPAS.com - Banyak turis yang sengaja melewatkan pentas tari kecak di Pura Uluwatu karena menganggap atraksi tersebut terlalu mainstream. Padahal, tari yang satu ini sangat memanjakan panca-indera penontonnya.

Kecak adalah salah satu tarian paling unik dari Pulau Dewata. Kecak tidak diiringi alat musik atau gamelan apa pun, tetapi paduan suara "cak" sekitar 70 orang pria yang berlangsung satu jam tanpa henti.

Kecak berasal dari tarian sakral "Sang Hyang", satu orang yang kemasukan roh berkomunikasi dengan dewa atau leluhur yang disucikan. Menggunakan tubuh si penari, dewa atau leluhur bisa menyampaikan sabdanya.

Baru sejak 1930-an tari kecak disisipkan epos Ramayana, yang hingga kini bisa dinikmati wisatawan. Tempat terbaik untuk menonton kecak adalah Pura Luhur Uluwatu yang terletak di Desa Adat Pecatu, Kabupaten Badung.

Pura Luhur Uluwatu adalah salah satu pura utama sekaligus yang disucikan di Bali. Terletak 70 meter di atas tebing, Pura Luhur Uluwatu punya panorama laut lepas yang aduhai indahnya.

Di area luar pura terdapat teater outdoor dengan panorama sunset dan laut lepas. Di sinilah pertunjukan tari kecak digelar pukul 18.00 Wita setiap harinya.

KompasTravel berkesempatan menonton tari kecak di Pura Luhur Uluwatu beberapa waktu lalu. Meski bulan Ramadhan, pura tersebut tetap dijejali turis, terutama mancanegara. Rombongan turis China, India, dan tentunya Australia tampak mendominasi.

Teater berbentuk lingkaran dengan deretan kursi menghadap laut lepas mulai dimasuki wisatawan sekitar pukul 16.00 Wita. Meski terlalu dini untuk menonton kecak, mereka ingin mendapat spot paling ciamik untuk memotret atraksi tersebut.

Sekitar pukul 17.45 Wita, hampir semua tempat duduk di teater tersebut sudah terisi. Pertunjukan pun dimulai. Sebanyak 70 pria, masing-masing mengenakan kain poleng memasuki arena.

Epos Ramayana yang dikisahkan dalam tari kecak kira-kira begini: karena akal jahat Dewi Kakayi (ibu tiri) dari Sri Rama, Putra Mahkota dari Kerajaan Ayodya diasingkan dari istana ayahnya, yakni Sang Prabu Dasa Rata. Ditemani adik laki-lakinya serta istrinya yang setia, Dewi Sita, Sri Rama pergi ke Hutan Dandaka.

Saat mereka tiba di hutan, Prabu Dasamuka (Rahwana) mengetahui keberadaan mereka. Rahwana pun terpikat kecantikan Dewi Sita. Dia lalu berupaya menculik Dewi Sita.

Upaya itu berhasil. Rama pun berusaha menolong istrinya dari cengkeraman raja yang kejam itu. Atas bantuan bala tentara kera di bawah panglima Hanoman, mereka berhasil merebut Dewi Sita.

Merasa terlalu rumit untuk diikuti? Anda tidak sendiri. Begitu pertunjukan dimulai, decak kagum terdengar jelas dari para turis. Puluhan pria yang berteriak "cak cak cak", gerakan tari Sri Rama dan Dewi Sita yang memukau, serta kedatangan Hanoman yang disertai riuhnya tepuk tangan. Dengan latar sunset dan laut lepas, pertunjukan ini benar-benar menghipnotis pengunjungnya.

Adegan demi adegan berlangsung cepat. Salah satu momen paling magis adalah ketika Hanoman dikelilingi sabut kelapa yang dibakar. Panglima kera itu berhasil keluar dari "lingkaran api" yang semakin lama semakin menjadi-jadi. Langit sudah berganti gelap, suasana semakin mencekam.

Menjelang akhir acara, tanpa disangka-sangka, Rahwana menghambur ke tengah arena dan mengajak ngobrol para pengunjung.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com