BINTAN, KOMPAS.com - Suasana riuh nan akrab berlangsung guyub di sebuah kedai kopi bernama "Hawaii", di Pasar Berdikari, Kijang, Bintan, Kepulauan Riau. Para pengunjung asyik bercengkerama satu sama lain seraya menyeruput kopi, dan kudapan ringan.
Tak nampak satu pun dari mereka yang memainkan gawai, kecuali saya dan rekan jurnalis lain yang mengabadikan suasana kedai.
Tak ada jaringan dan koneksi internet nir-kabel yang membuat keakraban sulit terjalin. Tak ada pula colokan listrik yang menyebabkan interaksi sosial sulit tercipta.
Sungguh, sebuah pemandangan langka bagi kami, karena para pengunjung dari berbagai latar belakang berbeda usia, etnis, ras, dan profesi berbaur jadi satu. Saling salam, saling sapa.
Ada Melayu, China, Arab, pegawai kantoran, pebisnis, pelajar, ibu rumah tangga, bahkan sesama pedagang kudapan bertemu dalam ikatan emosional melalui secangkir kopi. Siang yang dingin, dan basah karena guyuran hujan tadi menjadi hangat.
Kendati rupa kedai ini sangat sederhana dan merupakan bangunan tua, namun masyarakat sekitar dan para wisatawan terus berdatangan.
Sejak dibuka pagi hari mulai pukul 06.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB, kedai ini tak pernah sepi pengunjung.
"Orang mencari kopi O. Inilah hal paling orisinal dari Bintan selain kawasan wisatanya yang memesona dan tambang bauksitnya," ujar Kasim.
Kedai kopi Hawaii didirikan lebih dari empat dekade atau sekitar kurun 1960-an. A Eng merintis usaha ini sebelum kemudian diteruskan oleh generasi keduanya, A Tet.
Padahal, bahan mentah kopi O andalan A Tet bukan berasal dari Bintan, melainkan dari Jambi. Namun, karena biji kopi tersebut digoreng sendiri dengan sedikit tambahan minyak wijen, rasa yang dihasilkan pun berbeda untuk tidak dikatakan istimewa.
Sebelum disajikan, racikan kopi, gula, atau ditambahkan susu, itu diseduh dalam air panas mendidih selama beberapa menit, selanjutya disaring.
Cara meracik kopi ini serupa dengan kedai-kedai tradisional lainnya di Pulau Sumatera seperti kedai Kopi Solong, Banda Aceh.
Untuk dapat menghirup harumnya aroma sekaligus kelezatan secangkir kopi O, Anda hanya perlu membayar Rp 4.000. Sementara kopi susu Rp 6.000 per cangkir.
Kasim mengatakan, belum sah ke Bintan kalau belum kena "tuah" kopi O di Kedai Hawaii. Dia kerap dimintai tamu hotel yang berasal dari Jakarta, Singapura, dan Malaysia untuk berkunjung ke kedai ini.
"Mereka memesan dalam bentuk masak untuk dinikmati di tempat sekaligus membawa pulang kopi bubuk yang sekilonya dibanderol Rp 56.000," imbuh Kasim.
Dan memang, ketika KompasTravel mencobanya, perjalanan hampir satu jam dari Bandara Tanjung Pinang, terbayarkan oleh orisinalitas khas Bintan ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.